
Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Menurut para mufassir (ahli tafsir), frasa “Bismillahirrahmanirrahim” memiliki banyak dimensi makna yang dijelaskan melalui berbagai penafsiran.
Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Menurut para mufassir (ahli tafsir), frasa “Bismillahirrahmanirrahim” memiliki banyak dimensi makna yang dijelaskan melalui berbagai penafsiran.
Berikut adalah beberapa pandangan penting dari mufassir terkenal mengenai Bismillah:
1. Ibnu Katsir
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa “Bismillahirrahmanirrahim” memiliki makna yang mendalam karena dimulai dengan nama Allah, yang merupakan pemilik segala kekuasaan. Dia menjelaskan bahwa:
•“Bismillah” adalah pengakuan bahwa segala sesuatu yang dilakukan harus dimulai dengan nama Allah, karena tanpa-Nya tidak ada yang bisa terjadi.
•“Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim” menunjukkan sifat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada seluruh makhluk-Nya.
Perbedaan antara keduanya adalah bahwa “Ar-Rahman” merujuk pada kasih sayang Allah yang luas dan meliputi seluruh makhluk tanpa terkecuali, sedangkan “Ar-Rahim” lebih spesifik menunjukkan kasih sayang yang diberikan kepada orang-orang beriman.
2. Al-Qurtubi
Dalam tafsir Al-Qurtubi, frasa ini dianggap sebagai simbol dari keesaan dan kebesaran Allah.
Al-Qurtubi menekankan bahwa membaca “Bismillah” bukan hanya ucapan biasa, melainkan ungkapan ketundukan hati kepada Allah, dan memulai segala sesuatu dengan berkah-Nya.
Ia menekankan pentingnya keberadaan “Ar-Rahman” yang menunjukkan rahmat Allah di dunia, dan “Ar-Rahim” yang menjadi sifat rahmat Allah yang abadi di akhirat, terutama bagi orang beriman.
3. Fakhruddin Ar-Razi
Dalam tafsirnya, Ar-Razi memberikan ulasan filosofis tentang Bismillah. Ia memfokuskan pada pentingnya kata “Ism” (nama) dalam “Bismillah”, yang mencakup segala aspek dari Dzat Allah.
Menurutnya, Ar-Rahman mencakup rahmat Allah yang diberikan kepada semua makhluk hidup tanpa membedakan agama, ras, atau kondisi, sedangkan Ar-Rahim berhubungan dengan kasih sayang yang khusus bagi orang-orang yang beriman, yang mendapat rahmat Allah baik di dunia maupun di akhirat.
4. Tafsir Al-Jalalayn
Dalam Tafsir Al-Jalalayn, yang merupakan karya dari dua ulama Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti, “Bismillah” dijelaskan sebagai permulaan yang penuh berkah.
Ucapan ini dianggap sebagai cara meminta izin dan memohon pertolongan Allah dalam setiap aktivitas.
Mereka juga menyebutkan bahwa Ar-Rahman adalah rahmat yang meliputi semua makhluk tanpa kecuali, sementara Ar-Rahim adalah rahmat yang khusus bagi orang beriman di hari kiamat.
5. Imam Al-Ghazali
Al-Ghazali dalam berbagai karyanya menyoroti aspek spiritual dari “Bismillah.” Menurutnya, Bismillah adalah bentuk kesadaran dan kebergantungan kepada Allah dalam segala tindakan.
Ia memandang bahwa kalimat ini mengandung makna mendalam tentang ketergantungan hati, di mana seseorang tidak boleh melakukan apa pun tanpa menyerahkan seluruh hasilnya kepada Allah.
6. Ibnu Jarir At-Tabari
Ibnu Jarir At-Tabari dalam tafsirnya mengatakan bahwa “Bismillah” adalah pernyataan komitmen bahwa segala sesuatu yang dilakukan berada di bawah naungan dan dengan izin Allah.
Dia menafsirkan “Ar-Rahman” sebagai kasih sayang Allah yang luar biasa meliputi seluruh ciptaan, sedangkan “Ar-Rahim” adalah kasih sayang yang lebih khusus, yang hanya ditujukan kepada mereka yang beriman dan taat kepada-Nya.
7. Syekh As-Sa’di
Syekh Abdurrahman As-Sa’di dalam tafsirnya juga mengungkapkan bahwa “Bismillahirrahmanirrahim” adalah cara memulai sesuatu dengan niat untuk memperoleh ridha Allah dan mengandalkan-Nya.
Beliau menekankan bahwa “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim” adalah dua sifat yang saling melengkapi; yang satu menunjukkan kasih sayang yang luas di dunia, sedangkan yang lainnya menunjukkan rahmat yang mendalam di akhirat.
Kesimpulan; Secara keseluruhan, para mufassir sepakat bahwa “Bismillahirrahmanirrahim” adalah pernyataan iman yang mengandung makna:
•Penyerahan diri kepada Allah.
•Pengakuan bahwa Allah adalah sumber segala rahmat.
•Niat untuk memulai segala sesuatu dengan kebaikan dan dengan izin Allah.
Selain itu, para mufassir menyoroti sifat kasih sayang Allah yang terwujud melalui kata “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim”, yang menunjukkan betapa besar dan luasnya rahmat Allah bagi seluruh makhluk-Nya.
Dalam tafsir Ahlul Bayt (Syiah)
“Bismillahirrahmanirrahim”
juga dianggap sangat penting dan memiliki makna yang mendalam.
Para mufassir Syiah memberikan penafsiran khusus terhadap frasa ini, sering kali dengan memperhatikan aspek teologis yang berhubungan dengan Ahlul Bait (keluarga Nabi Muhammad) serta makna spiritual yang lebih mendalam. Berikut adalah beberapa pandangan mufassir Syiah mengenai Bismillah:
1. Tafsir Al-Mizan (Allamah Thabathabai)
Dalam tafsir Al-Mizan, salah satu tafsir terkenal dalam tradisi Syiah oleh Allamah Thabathabai, beliau menekankan pentingnya niat dan tawakkal (berserah diri kepada Allah) dalam setiap tindakan yang dimulai dengan “Bismillahirrahmanirrahim.” Thabathabai menguraikan bahwa:
•“Bismillah” adalah ungkapan yang menunjukkan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan harus dimulai dengan mengingat dan menyebut nama Allah.
•Dia menyoroti bahwa Ar-Rahman menunjukkan rahmat yang luas dan meliputi semua makhluk di dunia, sedangkan Ar-Rahim merujuk pada rahmat khusus Allah kepada orang-orang yang beriman di akhirat.
•Dimensi spiritual: Thabathabai menghubungkan “Bismillah” dengan kesadaran mendalam bahwa Allah adalah pemilik mutlak segala sesuatu, dan manusia hanya bisa berhasil dengan mengandalkan-Nya.
2. Tafsir Al-Kashani (Mir Ahmad Al-Kashani)
Dalam Tafsir Al-Safi karya Mir Ahmad Al-Kashani, tafsir Syiah klasik ini juga memberikan penekanan pada kehadiran Allah dalam setiap tindakan yang dimulai dengan Bismillah.
Beliau menekankan bahwa mengucapkan Bismillah adalah tanda penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah dan mengingat bahwa setiap hasil berada di tangan-Nya.
•Al-Kashani menafsirkan Ar-Rahman sebagai rahmat Allah yang universal, meliputi semua makhluk, sedangkan Ar-Rahim menandakan rahmat Allah yang lebih khusus kepada umat beriman.
•Dimensi esoteris: Ia juga menunjukkan hubungan antara “Bismillah” dan nur Muhammad (cahaya Nabi Muhammad), di mana Allah menciptakan dunia dengan cahaya yang berasal dari Nabi Muhammad, dan dengan mengucapkan “Bismillah,” kita terhubung dengan hakikat ilahiah ini.
3. Tafsir Al-Burhan (Sayyid Hashim Al-Bahrani)
Sayyid Hashim Al-Bahrani, dalam tafsir Al-Burhan, mengutip banyak riwayat dari Imam-imam Syiah tentang keutamaan dan makna “Bismillah”. Menurut riwayat yang disampaikan dari Imam Ja’far Ash-Shadiq (salah satu Imam Syiah yang sangat dihormati), dikatakan bahwa “Bismillah” adalah sumber segala rahmat dan berkah bagi orang beriman.
Imam Ja’far Ash-Shadiq menyatakan bahwa setiap orang yang mengucapkan “Bismillah” sebelum memulai tindakan akan mendapatkan keberkahan dari Allah.
•Al-Bahrani juga menafsirkan bahwa frasa ini merupakan bentuk permohonan pertolongan dari Allah, menekankan aspek kebergantungan total kepada-Nya dalam segala urusan.
4. Tafsir Nur Al-Tsaqalayn (Al-Huwaizi)
Al-Huwaizi dalam tafsir Nur Al-Tsaqalayn juga memberikan penjelasan mendalam tentang “Bismillahirrahmanirrahim”.
Ia menghubungkan pentingnya membaca “Bismillah” dengan mengikuti jejak para nabi dan Ahlul Bait.
Dalam riwayat yang dihubungkan dengan Imam Ali dan para Imam Syiah lainnya, “Bismillah” adalah kunci pembuka rahmat Allah, dan merupakan bentuk penghormatan kepada wilayah Ahlul Bait sebagai perantara rahmat Allah di dunia.
•Ar-Rahman dan Ar-Rahim: Dalam pandangan Al-Huwaizi, dua sifat Allah ini menunjukkan kasih sayang yang begitu besar kepada semua makhluk, tetapi kasih sayang yang khusus diberikan kepada pengikut Ahlul Bait dan orang-orang beriman.
5. Tafsir As-Safi (Fayd Al-Kashani)
Fayd Al-Kashani dalam Tafsir As-Safi menekankan makna spiritualitas dan hubungan langsung dengan Allah dalam setiap tindakan.
Menurutnya, mengucapkan “Bismillah” sebelum melakukan sesuatu menghubungkan kita dengan Allah dan memberikan kita kekuatan untuk menjalani kehidupan sesuai dengan kehendak-Nya.
Ia juga menekankan pentingnya “Bismillah” sebagai permulaan doa dan kunci dari segala amal ibadah.
•Seperti mufassir lainnya, ia juga mengartikan Ar-Rahman sebagai rahmat yang luas bagi semua makhluk dan Ar-Rahim sebagai rahmat yang khusus bagi orang-orang yang taat.
6. Imam Khomeini
Dalam beberapa karya spiritual dan tafsir, Imam Khomeini, tokoh besar dalam tradisi Syiah kontemporer, menjelaskan “Bismillahirrahmanirrahim” sebagai ungkapan kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan.
Bagi Imam Khomeini, “Bismillah” adalah pernyataan bahwa manusia tidak memiliki kekuatan atau kemampuan kecuali dengan izin dan pertolongan Allah.
•Dia juga menekankan bahwa “Ar-Rahman” adalah rahmat Allah yang meliputi seluruh ciptaan-Nya, sedangkan “Ar-Rahim” adalah kasih sayang yang khusus bagi orang-orang yang mengikuti petunjuk-Nya, termasuk Ahlul Bait.
Kesimpulan ; Dalam tafsir Syiah, “Bismillahirrahmanirrahim” diartikan sebagai:
•Permohonan bantuan dan perlindungan dari Allah.
•Menghubungkan tindakan manusia dengan kehendak dan rahmat Allah.
•Pengakuan akan kebesaran rahmat Allah yang terbagi menjadi dua: Ar-Rahman yang mencakup semua makhluk, dan Ar-Rahim yang khusus untuk orang-orang yang beriman, terutama pengikut Ahlul Bait.
•Terdapat juga dimensi spiritual dan esoteris, di mana “Bismillah” dianggap sebagai jalan untuk memperoleh keberkahan melalui hubungan dengan Nabi Muhammad dan Ahlul Bait, serta cahaya ilahi yang mereka bawa.
Pandangan ini menekankan kebergantungan total kepada Allah dalam setiap tindakan, serta menghubungkan rahmat-Nya dengan kecintaan dan ketaatan kepada keluarga Nabi Muhammad.
Comments (0)
There are no comments yet