Makna Robbi Afwaka Astaghfirullah (bagian Terakhir)

Oleh: Muhammad Taufiq Ali Yahya*
Istighfar sejati adalah perjalanan menuju Allah, di mana seorang hamba tidak hanya meminta ampunan atas dosa, tetapi juga melepaskan diri dari segala sesuatu selain Allah.
Dalam perspektif ahli hakikat Syiah, kalimat “Robbî ‘afwaka astaghfirullah” memiliki makna yang jauh lebih dalam dibanding sekadar permohonan ampun. Istighfar dalam hakikat bukan hanya tentang dosa lahiriah, tetapi tentang penyucian diri dari segala bentuk keterpisahan dari Allah (سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى). Dosa, menurut mereka, adalah segala sesuatu yang menghalangi manusia dari mengenal dan menyaksikan Allah dengan hati yang suci.
- ‘Afw adalah Penghapusan Segala Keberadaan selain Allah
Sayyid Haidar Amuli dalam Jami‘ al-Asrar menulis:
”‘Afw adalah lebih dari sekadar ampunan; ia adalah penghapusan segala sesuatu selain Allah dari hati seorang hamba. Karena dosa terbesar adalah melihat diri memiliki eksistensi terpisah dari-Nya.”
➡️ Istighfar adalah upaya untuk melepaskan segala yang selain Allah dari hati.
- Istighfar sebagai Perjalanan Menuju Tauhid Hakiki
Imam Khomeini dalam Misbah al-Hidayah menafsirkan:”Para arif tidak beristighfar karena dosa syariat, tetapi karena merasa belum mencapai tauhid yang sempurna. Mereka melihat bahwa segala sesuatu adalah dari Allah dan untuk Allah.”
➡️ Istighfar adalah pengakuan bahwa hanya Allah yang benar-benar ada, dan segala keterpisahan dari-Nya adalah ilusi.
- Istighfar sebagai Penghapusan Hijab Cahaya
Allamah Thabathabai dalam Tafsir al-Mizan menjelaskan:”Ada dua jenis hijab: hijab kegelapan (dosa dan maksiat) serta hijab cahaya (keindahan dunia yang mengalihkan dari Allah). Istighfar sejati menghapus keduanya.”
➡️ Orang awam beristighfar dari dosa lahiriah, sedangkan ahli hakikat beristighfar dari keterikatan kepada selain Allah.
- Istighfar sebagai Penyucian dari Nafas Ego (Nafs)
Sayyid Bahrul Ulum menafsirkan:
“Setiap tarikan nafas yang dilakukan tanpa mengingat Allah adalah dosa bagi para ahli hakikat. Karena itu, mereka selalu beristighfar.”
➡️ Istighfar adalah sarana untuk meleburkan ego agar hanya Allah yang berkuasa dalam diri.
- Istighfar sebagai Jalan Menuju Makrifat Ilahiah
Syaikh Ahmad Ahsa’i dalam Al-Fawa’id menulis:”Makrifat tidak akan diberikan kepada hati yang belum disucikan. Dan cara penyucian yang paling kuat adalah dengan istighfar yang tulus.”
➡️ Istighfar adalah pintu masuk menuju penyaksian hakikat Ilahi.
- Istighfar sebagai Penghancuran ‘Aku’ dalam Diri
Sayyid Ibn Thawus dalam Muhaj al-Da‘awat menyebutkan:@Manusia yang masih melihat dirinya sebagai pelaku perbuatan adalah orang yang belum sempurna dalam makrifat. Istighfar membantunya menyadari bahwa hanya Allah yang bertindak.”
➡️ Dosa terbesar adalah menganggap diri sebagai pelaku perbuatan, bukan Allah.
- Istighfar sebagai Sarana Menuju Haqiqatul Muhammadiyah
Syaikh Abdul Karim al-Jili dalam Insan al-Kamil menafsirkan:”Orang yang mencapai Haqiqatul Muhammadiyah adalah mereka yang telah menghapus segala bentuk keterpisahan dari Rasulullah dan Ahlulbait melalui istighfar.”
➡️ Istighfar mendekatkan seseorang kepada cahaya Nabi Muhammad (SAW) dan Ahlulbait (AS).
- Istighfar sebagai Upaya Mencapai Akhlak Ilahi
Allamah Bahrul Ulum menulis:
“Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Pemaaf. Istighfar yang sejati bukan hanya meminta ampunan, tetapi juga meniru sifat-sifat Allah.”
➡️ Orang yang banyak beristighfar akan memiliki sifat kasih sayang dan kelembutan seperti Allah.
- Istighfar Menghapus Takdir Buruk dan Mengubah Nasib
Syaikh al-Mufid dalam Al-Irshad menafsirkan:”Allah tidak akan mengubah takdir seseorang kecuali jika ia bertaubat dan beristighfar dengan hati yang tulus.”
➡️ Istighfar yang benar-benar dari hati dapat mengubah jalan hidup seseorang.
- Istighfar sebagai Bentuk Tawassul kepada Ahlulbait
Syaikh Abbas al-Qummi dalam Mafatih al-Jinan menulis:
“Orang yang ingin istighfarnya diterima hendaknya bertawassul kepada Ahlulbait, karena mereka adalah pintu rahmat Allah.”
➡️ Istighfar yang dilakukan dengan cinta kepada Ahlulbait lebih mudah diterima.
- Istighfar sebagai Penyucian dari Ketergantungan Dunia
Syaikh Ja’far Shadiq (AS) dalam hadisnya menyebutkan:”Seorang hamba tidak akan sampai pada hakikat ibadah jika hatinya masih terikat pada dunia. Dan obat untuk itu adalah istighfar.”
➡️ Istighfar membebaskan hati dari kecintaan dunia yang berlebihan.
- Istighfar Mengundang Tajalli Ilahi dalam Hati
Sayyid Khomeini dalam Sirr as-Salat menafsirkan:”Allah tidak akan menampakkan diri-Nya kepada hati yang masih kotor. Dan pembersihan hati terbaik adalah dengan istighfar yang sungguh-sungguh.”
➡️ Istighfar membuka hati untuk menerima cahaya Ilahi.
- Istighfar sebagai Sarana untuk Menghapus Kekosongan Spiritual
Syaikh al-Kashani dalam Misbah al-Hidayah menulis:”Orang yang merasa jauh dari Allah sebaiknya memperbanyak istighfar, karena ia adalah jembatan kembali kepada-Nya.”
➡️ Istighfar mengisi kekosongan spiritual yang membuat manusia merasa jauh dari Allah.
- Istighfar sebagai Bukti Kesadaran akan Kasih Sayang Allah
Imam Ali Zainal Abidin (AS) dalam Sahifa Sajjadiyah berkata:
“Ya Allah, aku beristighfar bukan karena meragukan rahmat-Mu, tetapi karena aku malu di hadapan kebesaran-Mu.”
➡️ Istighfar bukan hanya tentang dosa, tetapi tentang rasa malu di hadapan Allah yang Maha Pemurah.
Kesimpulan
Menurut ahli hakikat Syiah, “Robbî ‘afwaka astaghfirullah” adalah perjalanan spiritual yang bertujuan untuk:
✅ Meleburkan diri dalam tauhid hakiki, menyadari bahwa hanya Allah yang benar-benar ada
✅ Menghapus hijab-hijab yang menghalangi penyaksian Allah
✅ Menghancurkan ego dan kesadaran akan eksistensi selain-Nya
✅ Menjadi cermin bagi akhlak Ilahi
✅ Menghapus keterikatan duniawi dan mendekatkan diri pada Ahlulbait
✅ Membuka hati untuk menerima tajalli dan makrifat Ilahi
Istighfar dalam hakikat bukan sekadar permohonan ampunan, tetapi adalah perjalanan menuju Allah, di mana seorang hamba berusaha melepaskan segala sesuatu selain-Nya hingga mencapai kebersatuan dengan kehendak Ilahi.
Kisah-Kisah Istighfar dalam Hakikat Syiah
Istighfar bukan sekadar mengucapkan kata-kata, tetapi sebuah perjalanan spiritual untuk mengenal Allah, membersihkan diri dari hijab-hijab dunia, dan mencapai makrifat sejati. Berikut beberapa kisah inspiratif dari para Imam Ahlulbait dan wali-wali Allah yang menunjukkan makna istighfar dalam dimensi hakikat.
- Imam Ali (AS) dan Orang yang Bermain-main dengan Istighfar
Suatu hari, seorang lelaki datang kepada Imam Ali (AS) dan berkata,
“Wahai Amirul Mukminin, aku sering beristighfar, tapi hidupku tetap penuh masalah. Mengapa Allah tidak mengampuniku?”
Imam Ali (AS) tersenyum dan berkata:”Celakalah engkau! Apakah kau tahu apa itu istighfar? Istighfar bukan sekadar kata-kata di lisan, tetapi enam perkara:
- Penyesalan atas dosa yang telah lalu.
- Tekad untuk tidak mengulanginya lagi.
- Mengembalikan hak orang lain yang telah dizalimi.
- Mengerjakan kewajiban yang ditinggalkan.
- Meleburkan daging yang tumbuh dari makanan haram dengan puasa dan ibadah.
- Menghadapkan diri sepenuhnya kepada Allah.
Maka jika kau sudah melakukan semua ini, barulah kau termasuk orang yang beristighfar!”
Hikmah:
✅ Istighfar bukan hanya ucapan, tetapi perubahan batin dan perbuatan.
✅ Imam Ali (AS) mengajarkan bahwa istighfar sejati adalah perjalanan kembali kepada Allah dengan tindakan nyata.
- Imam Ja’far Shadiq (AS) dan Pemuda yang Tertutup Hatinya
Seorang pemuda datang kepada Imam Ja’far Shadiq (AS) dan berkata, Wahai cucu Rasulullah, aku merasa sulit merasakan kehadiran Allah dalam hatiku. Aku telah beribadah, berdoa, dan bersedekah, tapi hatiku tetap kosong.”
Imam Ja’far (AS) menatapnya dan bertanya:”Apakah kau sudah beristighfar dari keterikatan dunia?”
Pemuda itu terdiam. Ia berpikir bahwa istighfar hanya tentang dosa-dosa lahiriah. Imam Ja’far (AS) kemudian berkata:”Ketahuilah bahwa hati yang terikat pada dunia tidak akan mampu menyaksikan Allah. Perbanyaklah istighfar dari cinta dunia, dan niscaya kau akan merasakan kehadiran-Nya dalam hatimu.”
Hikmah:
✅ Istighfar sejati bukan hanya dari dosa, tetapi dari segala keterikatan yang menghalangi makrifat.
✅ Dunia adalah hijab yang harus disingkirkan agar hati dapat merasakan cahaya Ilahi.
- Imam Musa al-Kazim (AS) dan Seorang Sufi Palsu
Seorang sufi terkenal datang menemui Imam Musa al-Kazim (AS) dan berkata,”Wahai Imam, aku telah menghabiskan hidupku dalam ibadah dan zikir. Aku telah membaca ribuan kali ‘Astaghfirullah’ setiap hari. Namun, aku merasa hatiku belum juga bersih. Mengapa?”
Imam Musa (AS) berkata:
“Istighfarmu hanya di lisan, tapi hatimu masih terikat pada dirimu sendiri. Bagaimana mungkin kau bisa sampai kepada Allah jika kau masih melihat dirimu sebagai pemilik ibadah itu sendiri?”
Sufi itu menangis dan berkata, “Apa yang harus aku lakukan, wahai Imam?”
Imam Musa (AS) menjawab:
“Engkau harus beristighfar dari istighfarmu sendiri. Karena ketika kau menganggap istighfarmu sebagai jalan menuju Allah, kau masih belum memahami bahwa hanya Allah yang bisa mengampuni. Kau masih melihat usahamu, bukan kasih sayang-Nya.”
Hikmah:
✅ Istighfar sejati adalah melepaskan kesombongan spiritual.
✅ Orang yang menganggap dirinya suci justru harus beristighfar dari keakuannya.
- Imam Ali Zainal Abidin (AS) dan Tangisan di Waktu Sahur
Suatu malam, seorang sahabat Imam Ali Zainal Abidin (AS) melihat beliau beribadah dalam keadaan menangis. Imam beristighfar dengan suara yang sangat lirih,
“Astaghfirullah… Astaghfirullah…”
Sahabat itu heran dan berkata,
“Wahai cucu Rasulullah, Anda adalah orang yang suci. Anda tidak pernah melakukan dosa. Mengapa Anda begitu banyak beristighfar?”
Imam Zainal Abidin (AS) menjawab:
“Celakalah engkau! Bukankah Allah lebih besar daripada semua amal kita? Bagaimana mungkin aku tidak beristighfar jika aku menyadari betapa kecilnya amalanku dibanding kebesaran-Nya?”
Hikmah:
✅ Orang yang paling suci justru yang paling banyak beristighfar.
✅ Istighfar adalah pengakuan akan kebesaran Allah dan kehinaan diri di hadapan-Nya.
- Ayatullah Bahjat dan Rahasia Istighfar
Suatu ketika, seorang murid bertanya kepada Ayatullah Muhammad Taqi Bahjat tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah dengan cepat.
Ayatullah Bahjat tersenyum dan berkata:”Jangan pernah berhenti beristighfar. Istighfar bukan hanya untuk menghapus dosa, tapi untuk membersihkan cermin hatimu agar bisa memantulkan cahaya Ilahi.”
Murid itu bertanya, “Berapa kali dalam sehari saya harus beristighfar?”
Ayatullah Bahjat menjawab:
“Bukan masalah jumlahnya, tapi pastikan setiap istighfarmu lahir dari hati yang benar-benar ingin kembali kepada Allah.”
Hikmah:
✅ Istighfar adalah sarana untuk memperbaiki hubungan dengan Allah.
✅ Yang penting bukan kuantitas, tetapi kesadaran dalam istighfar.
Dari kisah-kisah ini, kita memahami bahwa istighfar bukan sekadar meminta ampun atas dosa, tetapi adalah perjalanan spiritual menuju Allah.
✔ Istighfar sejati bukan hanya di lisan, tapi dalam hati dan perbuatan.
✔ Orang yang paling suci justru yang paling banyak beristighfar.
✔ Istighfar bukan hanya untuk dosa lahiriah, tetapi untuk melepaskan diri dari keterikatan dunia dan ego.
✔ Istighfar yang hakiki adalah penyucian diri agar hati mampu menyaksikan Allah.
Maka, “Robbî ‘afwaka astaghfirullah” bukan sekadar kalimat, tetapi adalah gerbang menuju penyaksian hakikat Ilahi.
- Nabi Adam (AS) dan Istighfar yang Hakiki
Setelah Nabi Adam (AS) dan Hawa (AS) memakan buah larangan, mereka beristighfar kepada Allah dengan doa,
“Rabbanaa zalamna anfusana wa in lam taghfir lana wa tarhamna lanakoonanna minal khaasireen.”
“Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Al-A’raf: 23) Namun, Allah tidak langsung menerima doa Adam hingga beliau bertawassul dengan nama Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain.
Nabi Adam bertanya, “Ya Allah, siapa mereka?”
Allah menjawab:”Mereka adalah cahaya yang Aku ciptakan sebelum segalanya. Jika bukan karena mereka, Aku tidak akan menciptakanmu. Wahai Adam, istighfar dan taubatmu akan diterima jika kau beristighfar dengan hak mereka.”
Hikmah:
✅ Istighfar yang diterima Allah adalah istighfar yang disertai tawassul kepada Ahlulbait.
✅ Istighfar bukan hanya meminta ampun, tetapi juga kembali kepada jalur Ilahi yang telah ditetapkan-Nya.
- Nabi Yunus (AS) dan Istighfar dalam Kegelapan
Ketika Nabi Yunus (AS) ditelan ikan besar di dalam laut yang gelap, beliau berdoa,”Laa ilaaha illa anta, subhaanaka, inni kuntu minaz-zhalimin.”
“Tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” (QS Al-Anbiya: 87) Dengan istighfar ini, Nabi Yunus (AS) akhirnya diselamatkan dari dalam perut ikan.
Dalam tafsir Allamah Thabathabai, disebutkan bahwa istighfar Yunus bukan sekadar permohonan ampun biasa, tetapi kesadaran bahwa ia telah terpisah dari kehendak Ilahi.
Hikmah:
✅ Istighfar sejati adalah kesadaran akan jauhnya diri dari kehendak Allah.
✅ Kegelapan batin hanya bisa dihapus dengan istighfar yang tulus.
- Imam Hasan (AS) dan Orang yang Sombong dalam Taubat
Suatu ketika, seorang lelaki datang kepada Imam Hasan (AS) dan berkata:”Aku telah banyak berdosa, tapi aku telah bertaubat. Aku yakin Allah pasti sudah mengampuniku.”
Imam Hasan (AS) tersenyum dan bertanya,”Bagaimana kau tahu bahwa Allah sudah mengampunimu?” Lelaki itu menjawab, “Karena aku sudah meminta ampun berulang kali.”
Imam Hasan (AS) berkata:
“Jika kau benar-benar telah diampuni, pasti kau tidak akan pernah merasa aman dari dosa lagi. Orang yang telah merasakan ampunan Allah justru akan semakin takut dan malu kepada-Nya.”
Hikmah:
✅ Istighfar sejati membuat seseorang semakin rendah hati, bukan semakin merasa aman dari dosa.
Baca juga:
El Nino Diprediksi Makin Panjang
✅ Orang yang benar-benar diampuni akan selalu merasa kecil di hadapan kebesaran Allah.
- Imam Husain (AS) dan Istighfar di Padang Karbala
Di malam Asyura, Imam Husain (AS) dan para sahabatnya menghabiskan malam dengan shalat, doa, dan istighfar. Salah satu sahabatnya bertanya,”Wahai Imam, mengapa engkau begitu banyak beristighfar padahal engkau maksum dan tidak pernah berdosa?”
Imam Husain (AS) menjawab:
“Istighfar bukan hanya untuk menghapus dosa, tetapi untuk semakin dekat kepada Allah. Aku ingin ketika aku menghadap-Nya besok, hatiku benar-benar bersih dari segala sesuatu selain Dia.”
Hikmah:
✅ Istighfar bukan hanya untuk orang berdosa, tetapi juga untuk mencapai puncak kesucian.
✅ Malam istighfar Imam Husain (AS) menunjukkan bahwa istighfar adalah persiapan menuju perjumpaan dengan Allah.
- Sayyid Ibnu Thawus dan Istighfar dari Keterpisahan dengan Allah
Seorang murid Sayyid Ibnu Thawus bertanya kepadanya,”Mengapa engkau begitu sering beristighfar, padahal aku tidak pernah melihatmu melakukan dosa?”
Sayyid Ibnu Thawus menjawab:
“Setiap detik yang aku lalui tanpa mengingat Allah adalah dosa bagiku. Setiap helaan napas yang tidak disertai kesadaran akan kehadiran-Nya adalah keterpisahan yang harus aku istighfari.”
Hikmah:
✅ Bagi para ahli hakikat, istighfar adalah cara untuk kembali kepada Allah di setiap detik kehidupan.
✅ Dosa terbesar bagi mereka adalah kelalaian dalam mengingat Allah.
- Syaikh Rajab Ali Khayyat dan Istighfar dari Cinta Dunia
Syaikh Rajab Ali Khayyat, seorang wali Allah di Iran, pernah berkata kepada murid-muridnya:
“Jika kalian ingin makrifat Allah, perbanyaklah istighfar. Bukan hanya dari dosa-dosa lahiriah, tetapi dari keterikatan hati kepada dunia.”
Suatu hari, seseorang bertanya kepadanya,”Mengapa aku tidak bisa khusyuk dalam shalat?”
Syaikh Rajab Ali menjawab:
“Karena hatimu masih penuh dengan dunia. Istighfarlah dengan sungguh-sungguh, bukan hanya dengan lisan, tetapi dengan melepaskan hatimu dari segala sesuatu selain Allah.”
Hikmah:
✅ Istighfar adalah alat untuk menghapus hijab yang menghalangi makrifat.
✅ Khusyuk dalam ibadah hanya bisa dicapai dengan istighfar yang hakiki.
- Ayatullah Behjat dan Istighfar yang Mengubah Nasib
Seorang lelaki datang kepada Ayatullah Muhammad Taqi Behjat dan berkata:”Saya merasa hidup saya penuh kesulitan. Saya sudah berusaha, tapi takdir saya tetap buruk. Apa yang harus saya lakukan?”
Ayatullah Behjat menjawab dengan singkat:”Perbanyaklah istighfar, karena ia adalah kunci yang membuka pintu takdir baru.”
Lelaki itu mulai mengamalkan istighfar dengan kesadaran penuh setiap hari, dan dalam waktu singkat, kehidupannya berubah drastis.
Hikmah:
✅ Istighfar bukan hanya menghapus dosa, tetapi juga mengubah takdir.
✅ Orang yang ingin hidupnya berubah harus beristighfar dengan hati yang benar-benar kembali kepada Allah.
Kita memahami bahwa istighfar bukan sekadar kata-kata, tetapi adalah jalan untuk mencapai Allah.
✔ Istighfar sejati adalah kesadaran akan jauhnya diri dari Allah.
✔ Orang yang paling dekat dengan Allah justru yang paling banyak beristighfar.
✔ Istighfar yang hakiki dapat mengubah takdir dan membuka jalan menuju makrifat Ilahi.
✔ Istighfar dari keterikatan dunia lebih berat daripada istighfar dari dosa biasa.
Maka, “Robbî ‘afwaka astaghfirullah” adalah kunci menuju hakikat keberadaan dan penyaksian Ilahi!
Manfaat Istighfar
Istighfar (meminta ampun kepada Allah) memiliki banyak manfaat, baik secara spiritual maupun duniawi.
- Menghapus Dosa-Dosa
Istighfar merupakan cara utama untuk menghapus dosa-dosa kecil maupun besar. Allah berjanji dalam Al-Qur’an bahwa jika seseorang bertaubat dengan sungguh-sungguh, dosa-dosanya akan diampuni. Firman Allah: “Dan mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun.” (QS Al-Mujadila: 12)
- Menenangkan Hati
Istighfar memberikan ketenangan dan kedamaian bagi hati yang gelisah. Dengan memohon ampun, hati menjadi lebih lapang dan tenang, karena merasa dekat dengan Allah.
Imam Ali (AS):”Istighfar adalah penghilang kegelisahan hati.”
- Meningkatkan Keberkahan Rezeki
Salah satu manfaat istighfar adalah membuka pintu rezeki. Dengan memohon ampun kepada Allah, kita diberi keberkahan dalam hidup dan rezeki yang datang.
Firman Allah:”Dan Allah berfirman: ‘Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta serta anak-anak dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula sungai-sungai.” (QS Nuh: 10-12)
- Mendekatkan Diri kepada Allah
Istighfar adalah cara yang efektif untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan memohon ampun, kita mengakui ketidaksempurnaan kita dan mendekatkan diri pada sifat rahmat-Nya.
Imam Hasan al-Askari (AS):
“Istighfar adalah kunci untuk membuka pintu-pintu rahmat Allah.”
- Menghilangkan Kesulitan dan Beban Hidup
Istighfar dapat menghilangkan kesulitan hidup. Allah akan menghapus kesulitan dan memberikan jalan keluar bagi orang yang beristighfar dengan tulus.
Firman Allah:”Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS At-Talaq: 2-3)
- Menjauhkan Diri dari Marabahaya
Istighfar juga berfungsi sebagai pelindung dari segala macam marabahaya dan bencana. Dengan beristighfar, Allah menjaga kita dari keburukan dunia dan akhirat.
Imam Ali (AS):”Istighfar adalah benteng yang melindungi dari musibah dan bencana.”
- Meningkatkan Derajat di Sisi Allah
Setiap kali kita beristighfar, Allah mengangkat derajat kita. Beristighfar adalah cara untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Imam Ja’far Shadiq (AS):”Orang yang selalu beristighfar akan diangkat derajatnya oleh Allah.”
- Memberi Pahala Tanpa Batas
Istighfar mendatangkan pahala yang sangat besar. Setiap kali kita beristighfar dengan niat tulus, Allah memberikan pahala yang setara dengan apa yang kita mohonkan.
Imam Ali (AS):”Seseorang yang beristighfar dengan sepenuh hati, dosanya akan terhapus dan dia akan mendapat pahala yang lebih banyak.”
- Menyucikan Jiwa
Istighfar menyucikan jiwa dari segala macam dosa dan noda yang ada pada diri kita. Dengan memohon ampun, kita membersihkan diri secara spiritual.
Imam Ali (AS):”Istighfar adalah penyucian jiwa dari kotoran duniawi dan nafsu.”
- Memperbaiki Hubungan dengan Sesama
Istighfar juga memperbaiki hubungan kita dengan orang lain. Jika kita telah menyakiti orang lain, memohon ampun kepada Allah dan kepada mereka dapat memperbaiki hubungan yang retak.
Imam Zain al-Abidin (AS):”Istighfar kepada Allah akan memperbaiki hubunganmu dengan sesama.”
- Mendatangkan Ketenangan di Hari Kiamat
Pada hari kiamat, orang-orang yang banyak beristighfar akan mendapat ketenangan dan kelegaan dari azab Allah. Mereka akan dikelilingi oleh rahmat-Nya.
Firman Allah:”Pada hari yang tiada berguna harta dan anak-anak, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS Asy-Syu’ara: 88-89)
- Menghindarkan Diri dari Kemaksiatan
Istighfar juga membantu seseorang untuk menjaga diri dari jatuh kembali dalam dosa dan kemaksiatan. Dengan terus beristighfar, kita lebih sadar akan keburukan dosa dan berusaha untuk menjauhinya.
Imam Ali (AS):”Seseorang yang banyak beristighfar, akan terhindar dari keinginan dan perbuatan buruk.”
- Meningkatkan Kualitas Ibadah
Dengan beristighfar, ibadah kita menjadi lebih khusyuk. Istighfar membuka hati kita untuk lebih siap menerima kebenaran dan melakukan ibadah dengan lebih baik.
Imam Ja’far Shadiq (AS):”Istighfar dapat menambah kekhusyukan dalam ibadah.”
- Menyucikan Penciptaan
Istighfar menyucikan segala bentuk kekurangan dalam penciptaan kita, termasuk tubuh dan jiwa. Allah menjanjikan ampunan bagi mereka yang memohon ampunan dengan sungguh-sungguh.
Imam Ali (AS):”Istighfar adalah cara untuk kembali kepada kesucian hakiki dari penciptaan Allah.”
Doa-doa Istighfar
- Doa Istighfar yang Diajarkan oleh Nabi Muhammad (SAW)
“Astaghfirullaha rabbi min kulli dzambin wa atubu ilayh.”
“Aku memohon ampun kepada Allah, Tuhan-ku, dari segala dosa, dan aku bertaubat kepada-Nya.”
- Doa Istighfar Imam Ali (AS)
“Astaghfirullaha rabbi min kulli dzambin wa atubu ilayh, wa as’aluukamin khairil jannati wa a’udzu bika min ‘adhabi-nar.”
“Aku memohon ampun kepada Allah, Tuhanku, dari segala dosa, dan aku bertaubat kepada-Nya. Aku memohon dari-Mu kebaikan surga dan berlindung dengan-Mu dari azab neraka.”
- Doa Istighfar yang Memiliki Makna Mendalam
“Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni.”
“Ya Allah, Engkau adalah Maha Pengampun, dan Engkau mencintai pengampunan, maka ampunilah aku.”
- Doa Istighfar di Malam Hari (Doa Sayyid al-Istighfar)
“Allahumma anta rabbii la ilaaha illa anta, khalaqtanii wa ana abduk, wa ana ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastata’tu, a’uzu bika min sharri maa sana’tu, abuu’u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu’u bidzanbii faghfir lii, fa innahu la yaghfiru adz-dzanba illa anta.”
“Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkau menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu, dan aku berada di atas janji-Mu sejauh kemampuanku, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang telah aku perbuat, aku mengakui atas nikmat-Mu padaku dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah aku, karena tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.”
Melalui doa-doa ini dan amalan istighfar yang terus menerus, kita dapat meraih banyak manfaat dan memperbaiki diri, baik secara spiritual maupun duniawi.
Sholat Tobat
Ada tiga macam jenis sholat tobat dibawah ini, Cuma dari segi penamaannya saja yang berbeda, pada hakikatnya adalah sholat tobat. Sholat al-afwa adalah sholat minta ampun, sholat istighfar juga sama begitupun sholat tobat. Perbedaannya dari bacaannya saja.
Sholat al-afwa ini disebut dalam kitab Al-Bâqiyatushshôlihat :766. Sholatnya dua raka-at setiap rakaat membaca Al-Fatihah dan su-rah Al-Qodar. Setelah membaca surah alqodar membaca robbî afwaka afwaka (tuhanku ampunan-Mu ampunan-Mu) 15 kali. Ketika rukuk baca lagi robbîafwaka afwaka 10 kali. I’tidal juga 10 kali, sujud 10 kali, bangun sujud pertama 10 kali, sujud kedua 10 kali, bangun dari sujud kedua duduk dahulu dan baca 10 kali. Jumlah yang dibaca dalam satu rakaat sebanyak 75 kali. Sholatnya dua rakaat jadi doa yang dibaca sebanyak 150 kali.
Sholat istighfar sama seperti sholat al-afwa tetapi doa yang dibaca sambil sholat adalah robbî ‘afwaka astaghfirullah, (tuhanku ampunan-Mu daku memohon ampun.)
Begitu pula Sholat tobat doa yang dibaca sambil sholat adalah ; astaghfirullah robbîwa as’aluhut taubat (daku memohon ampun duhai tuhanku dan daku bertobat Selesai sholat baca istighfar 100 kali dan baca munajat orang yang bertobat.
Munajat Orang Yang Bertaubat
Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.
Ya Allah, limpahkanlah sholawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad.
Tuhanku, kesalahan telah menu-tupku dengan pakaian kehinaan, perpisahan dari-Mu telah mem-bungkusku dengan jubah kerendahan.
Besarnya dosaku telah mematikan hatiku. hidupkan daku dengan ampunan-Mu, wahai Cita dan dambaku. Wahai ingin dan harapku.
Demi Keagungan-Mu, tidak kudapatkan pengampunan dosaku selain-Mu. Tidak kulihat penyembuh lukaku selain-Mu. Daku pasrah berserah pada-Mu, daku tunduk bersimpuh pada-Mu.
Jika Kau usir daku dari pintu-Mu, kepada siapa lagi daku bernaung. Jika Kau tolak daku dari sisi-Mu, kepada siapa lagi daku berlindung.
Celaka sudah diriku, lantaran aib dan celaku, malang benar daku karena kejelekan dan kejahatanku. Daku bermohon pada-Mu, wahai pengampun dosa yang besar, wahai Penyembuh Tulang yang patah.
Anugerahkan padaku penghancur dosa, tutup lah untukku pembongkar cela Jangan lewatkan aku - di hari kiamat dari sejuknya ampunan dan maghfirah-Mu, jangan tinggal-kan daku dari indahnya maaf dan penghapu-san-Mu. Ilahi, naungi dosa-dosaku dengan awan rahmat-Mu. curahi cela-celaku dengan hujan kasih-Mu.
Ilahi, kepada siapa lagi hamba yang lari kecuali pada mawla-Nya, adakah selain Dia yang melindunginya dari murka-Nya.
Ilahi, sekiranya sesal atas dosa itu taubat, sungguh, demi keagungan-Mu, daku ini orang yang menyesal.
Sekiranya istighfar itu penghapus dosa, sungguh, kepada-Mu daku ini beristighfar, terserah pada-Mu jua (Kecamlah daku sampai Kau ridho).
Ilahi, dengan kodrat-Mu ampuni daku. Dengan kasih-Mu maafkan daku. Dengan ilmu-Mu sayangi daku. Ilahi, Engkaulah yang membuka pintu menuju maaf-Mu, - kepada hamba-hamba-Mu, Kau namai itu taubat Engkau berfirman: "Bertaubatlah taubat nashuha!", Apa alangan orang yang lalai memasuki pintu itu - setelah terbuka.
Ilahi, jika jelek dosa dari hamba-Mu, baikkanlah maaf dari sisi-Mu.
Ilahi, daku bukan yang pertama membantah-Mu dan Kaumaafkan dan menolak nikmat-Mu tetap Kaukasihi.
Wahai yang menjawab pengaduan orang yang berduka.
Wahai pelepas derita.
Wahai pena-bur karunia.
Wahai Yang Maha Mengetahui rahasia.
Wahai Yang Paling Indah dalam menutup cela.
Daku memohon pertolongan, dengan karunia dan kebaikan-Mu.
Daku bertawasul, dengan kemuliaan dan kasih-Mu.
Perkenankan doaku jangan kecewakan hara-panku, terimalah taubatku, hapuskan kesalahanku dengan karunia dan rahmat-Mu. Wahai Yang Terkasih dari segala yang mengasihi.
*Penulis adalah Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Comments (0)
There are no comments yet