
Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Konsep tajalli (manifestasi atau penyataan Tuhan) adalah salah satu prinsip mendalam dalam teologi dan filsafat spiritual Syiah. Tajalli mengacu pada cara Allah menampakkan diri-Nya kepada makhluk melalui ciptaan, sifat-sifat-Nya, atau sarana lain yang dapat dipahami oleh manusia, tanpa mengurangi keesaan dan keagungan-Nya. Berikut adalah penjelasan tajalli Tuhan menurut pandangan Syiah:
- Tajalli dalam Penciptaan (Tajalli Fi al-Khalq)
Allah menampakkan diri-Nya melalui alam semesta. Setiap ciptaan adalah cerminan dari nama-nama dan sifat-sifat Allah.
- Imam Ali AS berkata:
“Segala sesuatu di alam ini adalah bukti keberadaan Allah. Dia tampak dalam ciptaan-Nya, tetapi tidak serupa dengan mereka.”
(Nahjul Balaghah, Khutbah 1)
Tajalli ini menunjukkan bahwa keberadaan Allah dapat dikenali melalui keindahan, keteraturan, dan kompleksitas alam semesta.
- Tajalli dalam Asmaul Husna (Nama-Nama Allah)
Allah menyatakan diri-Nya melalui Asmaul Husna (Nama-Nama Indah). Setiap nama adalah manifestasi dari aspek tertentu dari keagungan-Nya.
- Imam Ja’far Ash-Shadiq AS berkata:
“Allah tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi Dia dikenal melalui nama-nama-Nya, seperti Ar-Rahman, Ar-Rahim, dan Al-Haqq.”
(Al-Kafi, Jilid 1)
Tajalli ini memberikan manusia sarana untuk memahami Tuhan melalui sifat-sifat-Nya, seperti kasih sayang, keadilan, dan kebijaksanaan.
- Tajalli dalam Hati Orang Mukmin
Allah menampakkan diri-Nya dalam hati hamba-Nya yang ikhlas dan bertakwa.
- Imam Ja’far Ash-Shadiq AS berkata:
“Hati orang mukmin adalah tempat tajalli Allah, karena hati itu bersih dari segala bentuk syirik.”
(Bihar al-Anwar, Jilid 67)
Tajalli ini bersifat batiniah, terjadi ketika seorang mukmin menyucikan jiwanya dan mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah dan dzikir.
- Tajalli dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah tajalli Allah yang berupa firman, yang merupakan petunjuk dan cahaya bagi manusia.
- Imam Ali AS berkata:
“Al-Qur’an adalah cahaya yang tidak akan pernah padam. Ia adalah manifestasi petunjuk Allah bagi mereka yang ingin mengenal-Nya.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 147)
Melalui tajalli ini, Allah menyampaikan kehendak-Nya kepada manusia.
- Tajalli Melalui Nabi dan Imam
Nabi Muhammad SAW dan para Imam Ahlul Bayt adalah tajalli Allah dalam bentuk manusia. Mereka adalah mazhar ilahi (manifestasi ilahi) yang membawa cahaya petunjuk.
- Imam Ali AS berkata:
“Kami adalah cahaya Allah yang bersinar di bumi. Melalui kami, manusia dapat mengenal Allah.”
(Bihar al-Anwar, Jilid 25)
Tajalli ini menghubungkan makhluk dengan Tuhan melalui pribadi-pribadi suci yang menjadi perantara antara manusia dan Allah.
- Tajalli dalam Cahaya Ilahi (Nur Allah)
Konsep “Nur” dalam Syiah merujuk pada cahaya Allah yang menyinari hati dan pikiran manusia, serta menyingkap hakikat keberadaan.
- QS. An-Nur: 35 disebut sebagai ayat “Nur” yang sering dikaitkan dengan Ahlul Bayt.
“Allah adalah cahaya langit dan bumi… Cahaya di atas cahaya. Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki.”
- Imam Ja’far Ash-Shadiq AS berkata:
“Nur Allah adalah cahaya petunjuk yang diberikan kepada para nabi dan imam sebagai tanda kehadiran-Nya.”(Tafsir Al-Burhan)
- Tajalli dalam Peristiwa Spiritual
Tajalli Allah juga dapat dirasakan oleh para hamba-Nya melalui pengalaman spiritual, seperti munajat atau dzikir mendalam.
- Imam Ali Zainul Abidin AS dalam Munajat Al-Arifin berkata:
“Ya Allah, Engkau telah menyingkapkan keindahan-Mu kepada hati para arif, sehingga mereka tenggelam dalam cinta-Mu.”
Tajalli ini adalah pengalaman langsung dari kehadiran Allah yang dirasakan oleh para pencari kebenaran.
- Tajalli dalam Perbuatan (Af’al Allah)
Setiap kejadian dalam kehidupan manusia adalah tajalli dari kehendak dan perbuatan Allah.
- Imam Ali AS berkata:
“Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah cerminan dari kehendak Allah. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari-Nya.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 258)
- Tajalli dalam Keadilan dan Rahmat
Allah menampakkan sifat keadilan-Nya melalui hukum-hukum syariat dan sifat rahmat-Nya melalui ampunan dan petunjuk.
- Imam Ja’far Ash-Shadiq AS berkata:
“Tajalli Allah dalam rahmat-Nya adalah ketika seorang hamba yang penuh dosa diampuni oleh-Nya, sementara tajalli keadilan-Nya adalah ketika kebenaran ditegakkan.”(Al-Kafi, Jilid 1)
- Tajalli dalam Kembali kepada-Nya (Ma’ad)
Kehidupan akhirat adalah puncak tajalli Allah bagi para hamba yang beriman. Mereka akan menyaksikan kehadiran-Nya dalam bentuk yang tidak dapat dijelaskan.
- Imam Ali AS berkata:
“Mereka yang mengenal Allah di dunia akan melihat tajalli-Nya di akhirat dengan mata hati yang telah bersih.”
(Nahjul Balaghah, Khutbah 220)
Kesimpulan; Konsep tajalli dalam Syiah menegaskan bahwa Allah tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi Dia dikenal melalui manifestasi sifat-sifat-Nya, alam semesta, kitab suci, serta para nabi dan imam. Tajalli adalah cara Allah menunjukkan diri-Nya kepada makhluk-Nya sesuai dengan tingkat pemahaman dan kesiapan spiritual mereka.
Berikut adalah beberapa kisah dan cerita yang menggambarkan konsep tajalli Tuhan menurut perspektif Syiah, berdasarkan ajaran Al-Qur’an, hadis, dan pengalaman para wali dan imam:
- Kisah Tajalli Allah kepada Nabi Musa AS di Gunung Thur (QS. Al-A’raf: 143)
Ketika Nabi Musa AS memohon untuk melihat Allah secara langsung, Allah menampakkan diri-Nya melalui tajalli kepada sebuah gunung.
- Cerita:
Nabi Musa berkata:
“Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat-Mu.” Allah berfirman:
“Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi lihatlah ke gunung itu. Jika ia tetap di tempatnya (seperti sediakala), niscaya kamu dapat melihat-Ku.” Ketika Allah menampakkan diri-Nya kepada gunung (melalui tajalli), gunung itu hancur, dan Nabi Musa pun pingsan.
(QS. Al-A’raf: 143)
- Makna:
Kisah ini menunjukkan bahwa hakikat Tuhan tidak dapat disaksikan langsung oleh manusia, karena keterbatasan makhluk dalam memahami keagungan-Nya. Namun, tajalli-Nya dapat dirasakan melalui tanda-tanda alam, seperti gunung yang menjadi saksi kebesaran-Nya.
- Tajalli Allah Melalui Nabi Muhammad SAW dalam Peristiwa Mi’raj
Peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW sering disebut sebagai pengalaman tajalli terbesar yang diberikan kepada manusia.
Ketika Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan Mi’raj, beliau mendekati Sidratul Muntaha dan berbicara langsung dengan Allah. Dalam hadis, Rasulullah berkata:
“Aku melihat cahaya-Nya, tetapi Dia tetap berada di luar batas pandangan manusia. Yang kulihat hanyalah tanda-tanda keagungan-Nya.”(Bihar al-Anwar, Jilid 18)
Tajalli Allah dalam peristiwa ini bukan berupa wujud fisik, melainkan cahaya ilahi dan tanda-tanda kehadiran-Nya yang memenuhi hati Nabi Muhammad SAW.
- Kisah Imam Ali AS tentang Tajalli di Hati Mukmin
Imam Ali AS, dalam salah satu khutbahnya, menceritakan pengalaman spiritual seorang mukmin yang mencapai tingkat pengenalan kepada Allah.
Imam Ali berkata:”Aku melihat Allah sebelum aku melihat sesuatu, aku melihat Allah setelah aku melihat sesuatu, dan aku melihat Allah bersama segala sesuatu.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 64)
Ini adalah tajalli di hati seorang arif (ahli makrifat) yang telah menyucikan jiwanya sehingga dia melihat segala sesuatu sebagai cerminan dari Allah.
- Tajalli Allah Melalui Imam Husain AS di Karbala
Peristiwa Karbala adalah salah satu contoh tajalli Allah melalui pengorbanan Imam Husain AS.
Saat menghadapi kematian, Imam Husain AS berdoa:
“Ya Allah, aku ridha kepada takdir-Mu, aku tunduk kepada kehendak-Mu. Semua yang kulakukan adalah demi menampakkan kebenaran-Mu di muka bumi.”(Maqtal Al-Husain)
Tajalli Allah tampak dalam keikhlasan Imam Husain AS yang mengorbankan segala sesuatu untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Perjuangannya adalah manifestasi dari sifat-sifat Allah seperti keadilan, kasih sayang, dan keberanian.
- Tajalli dalam Kisah Imam Ja’far Ash-Shadiq AS dan Seorang Pencari Kebenaran
Seorang murid bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq AS:
“Bagaimana saya bisa melihat Allah?” Imam menjawab:
Baca juga:
Imbas Peretasan PDN Menkominfo Didesak Mundur, Ini Tanggapan Budi Arie
“Kamu tidak akan pernah melihat Allah dengan mata fisik, tetapi kamu bisa merasakan-Nya dengan hati yang bersih. Ketika kamu melihat keindahan dunia, keadilan, atau rahmat yang tak terhitung, itulah cerminan Allah dalam ciptaan-Nya.”
(Al-Kafi, Kitab Tauhid)
Tajalli Allah dapat dirasakan melalui pemahaman mendalam terhadap ciptaan-Nya, yang semuanya adalah tanda-tanda keberadaan-Nya.
- Tajalli Allah kepada Imam Zainul Abidin AS dalam Munajat
Dalam Munajat Al-Arifin, Imam Zainul Abidin AS menceritakan pengalaman spiritualnya yang penuh cinta kepada Allah.
Beliau berkata:”Ya Allah, ketika Engkau tampak dalam keindahan-Mu kepada hati para pecinta, mereka menjadi tenggelam dalam cinta-Mu, sehingga mereka melupakan segala sesuatu selain Engkau.”
(Sahifah Sajjadiyah)
Tajalli Allah adalah pengalaman cinta yang mendalam, di mana hati seorang hamba terhubung langsung dengan kehadiran-Nya.
- Tajalli dalam Kisah Nabi Ibrahim AS tentang Tanda-Tanda Tuhan
Nabi Ibrahim AS mencari Tuhan melalui tanda-tanda di alam.
Ketika melihat bintang, bulan, dan matahari, Nabi Ibrahim berkata:
“Ini adalah Tuhanku,” tetapi kemudian dia sadar bahwa semuanya tidak abadi. Akhirnya, dia berkata:”Aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi.”
(QS. Al-An’am: 76-79)
Kisah ini menunjukkan bahwa tajalli Allah dapat ditemukan dalam pencarian spiritual melalui alam, tetapi hakikat Tuhan melampaui segala ciptaan.
- Tajalli Melalui Imam Mahdi AS
Dalam teologi Syiah, Imam Mahdi AS adalah manifestasi rahmat Allah yang tersembunyi, tetapi terus bekerja untuk menegakkan keadilan di dunia.
Seorang pengikut bertanya kepada Imam Mahdi dalam salah satu suratnya:”Bagaimana kita mengenal Tuhan selama ghaibah Anda?”
Imam menjawab:”Allah selalu hadir bagi mereka yang mencarinya, dan tanda-tanda-Nya ada di mana-mana. Aku adalah bukti dari kehadiran-Nya di bumi ini.”
(Bihar al-Anwar, Jilid 52)
Tajalli Allah terus berlangsung melalui para imam, meskipun mereka tersembunyi dari pandangan langsung.
Kesimpulan; Tajalli Allah dalam kisah-kisah Syiah menegaskan bahwa Allah tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi tanda-tanda keberadaan-Nya ada di mana-mana: dalam alam semesta, hati para pencari kebenaran, kitab suci, para nabi, dan imam. Setiap tajalli ini membantu manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah sesuai dengan tingkat pemahaman dan spiritualitas mereka.
- Tajalli Allah dalam Alam Semesta (Tafsir Al-Jalalayn)
Dalam Tafsir Al-Jalalayn, yang merupakan tafsir populer di kalangan umat Islam Sunni, tajalli Allah dipahami sebagai manifestasi sifat-sifat-Nya yang bisa ditemukan dalam ciptaan-Nya.
Allah menunjukkan kekuasaan dan kebesaran-Nya melalui alam semesta yang kita saksikan setiap hari. Langit, bumi, lautan, dan ciptaan lainnya adalah tanda-tanda (ayat) Allah yang menunjukkan keagungan-Nya. Semua yang ada di dunia ini, meskipun tidak bisa dilihat langsung sebagai Allah, adalah perwujudan dari kekuasaan-Nya yang tampak di alam fisik.
- QS. Al-Baqarah: 164
- “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan membawa apa yang bermanfaat bagi manusia, dan apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, yang hidupkan bumi setelah matinya… terdapat tanda-tanda bagi orang yang berpikir.”
- Tajalli dalam Wahyu dan Al-Qur’an (Tafsir At-Tabari)
Mufassir At-Tabari dalam tafsiran tafsirnya menyebutkan bahwa tajalli Allah juga dapat ditemukan dalam wahyu-Nya, terutama dalam Al-Qur’an.
Wahyu yang diterima oleh para nabi adalah bentuk penurunan cahaya ilahi yang menampakkan sifat-sifat Allah yang tidak tampak secara kasat mata. Al-Qur’an sendiri adalah bentuk tajalli yang paling sempurna, mengandung petunjuk hidup, hikmah, dan kebijaksanaan yang menyinari hati umat manusia.
- QS. Al-Isra: 9
- “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus…”
- Tajalli dalam Diri Nabi Muhammad SAW (Tafsir Al-Qurtubi)
Mufassir Al-Qurtubi menafsirkan bahwa tajalli Allah dapat disaksikan dalam diri Nabi Muhammad SAW, sebagai makhluk yang paling sempurna dalam menerima cahaya Ilahi.
Nabi Muhammad SAW adalah penutup para nabi, dan dalam dirinya terkumpul seluruh cahaya dan sifat-sifat Ilahi. Semua wahyu yang diterima oleh beliau adalah bentuk tajalli Allah kepada umat manusia. Nabi Muhammad SAW menjadi mazhar atau cermin yang memantulkan sifat-sifat Allah kepada umatnya.
- QS. Al-Ahzab: 40
- “Muhammad itu bukanlah bapak dari salah seorang lelaki di antara kalian, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi.”
- Tajalli dalam Hati Seorang Mukmin (Tafsir Al-Baghawi)
Mufassir Al-Baghawi menafsirkan bahwa tajalli Allah dapat terjadi dalam hati seorang mukmin yang bersih dan selalu mendekatkan diri kepada Allah.
Ketika seorang hamba melakukan ibadah dengan penuh khusyuk dan ikhlas, Allah menyinari hatinya dengan cahaya makrifat yang membimbingnya untuk melihat tanda-tanda Tuhan di setiap aspek kehidupan. Inilah bentuk tajalli yang paling mendalam, karena menyentuh jiwa dan batin seorang mukmin.
- QS. Al-Baqarah: 2
- “Inilah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”
- Tajalli dalam Pengorbanan Para Wali dan Imam (Tafsir Al-Kabir oleh Fakhr al-Din al-Razi)
Mufassir Fakhr al-Din al-Razi dalam Tafsir Al-Kabir menulis bahwa tajalli Allah juga dapat dilihat dalam pengorbanan dan perjuangan para wali dan imam, terutama Imam Ali AS dan para imam Ahlul Bayt.
Pengorbanan para wali dan imam adalah bentuk nyata dari cahaya Ilahi yang terpancar dalam kehidupan mereka. Contoh terbaik adalah pengorbanan Imam Husain AS di Karbala, di mana beliau menampilkan sifat-sifat Allah seperti keadilan, ketabahan, dan kecintaan kepada kebenaran. Pengorbanan ini menjadi tajalli yang menginspirasi umat manusia hingga kini.
- QS. At-Tawbah: 111
- “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan surga.”
Kesimpulan; Tajalli menurut para mufassir, baik Sunni maupun Syiah, adalah cara Allah menampakkan diri-Nya dalam berbagai bentuk yang dapat diterima oleh umat manusia. Ini dapat terjadi melalui wahyu, ciptaan-Nya, kehidupan para nabi dan wali, bahkan dalam hati seorang mukmin yang bersih. Meskipun Allah tidak dapat dilihat secara langsung, kita dapat merasakan manifestasi-Nya melalui segala sesuatu yang ada di sekitar kita dan dalam pengorbanan para kekasih-Nya.
Konsep tajalli Tuhan dalam Islam, khususnya dalam tradisi Syiah, membawa manfaat spiritual yang mendalam bagi seorang hamba. Selain itu, terdapat doa-doa yang dianjurkan untuk membuka hati terhadap pengalaman tajalli ilahi, mendekatkan diri kepada Allah, dan meningkatkan pemahaman batin. Berikut adalah manfaat tajalli dan doa-doa yang relevan:
Manfaat Tajalli Tuhan
- Pengenalan Hakikat Tuhan (Makrifatullah)
Tajalli memungkinkan seorang hamba mengenal Allah lebih dalam melalui manifestasi sifat-sifat dan tanda-tanda-Nya.
- “Siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya.” (Hadis dari Imam Ali AS)
- Penyucian Jiwa dan Hati
Tajalli menyinari hati manusia dengan cahaya ilahi, sehingga mereka terbebas dari kesombongan, hasad, dan sifat buruk lainnya.
- QS. Asy-Syams: 9-10: “Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwa itu, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.”
- Kedamaian dan Ketentraman Batin
Pengalaman tajalli memberi ketenangan dalam menghadapi ujian hidup karena merasa dekat dengan Allah.
- QS. Ar-Ra’d: 28: “Hati menjadi tenang dengan mengingat Allah.”
- Kecintaan kepada Allah (Mahabbah)
Tajalli menghidupkan rasa cinta yang mendalam kepada Allah sehingga hamba menjadi lebih tulus dalam ibadah dan kehidupan.
- Doa Imam Zainul Abidin AS: “Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu lebih aku cintai daripada diriku sendiri.”
- Peningkatan Iman dan Keyakinan
Dengan menyaksikan tanda-tanda Allah melalui tajalli, iman seseorang menjadi lebih kokoh.
- Keterhubungan dengan Para Imam dan Nabi
Tajalli ilahi sering dijembatani melalui para nabi dan imam, yang merupakan sarana untuk mengenal Allah lebih dekat.
- Kebijaksanaan dan Pemahaman
Cahaya tajalli membuka mata hati sehingga seseorang dapat memahami hakikat dunia dan akhirat dengan lebih jernih.
- QS. Al-Ankabut: 69: “Kami akan tunjukkan jalan-jalan Kami kepada mereka yang bersungguh-sungguh.”
- Keikhlasan dalam Amal
Tajalli membimbing seorang hamba untuk hanya mengharapkan ridha Allah dalam segala amal.
Doa-Doa untuk Memohon Tajalli dan Makrifat
- Doa Cahaya (Doa Nur)
Membaca doa ini untuk meminta cahaya ilahi memenuhi hati.
- “Ya Allah, limpahkanlah cahaya di hatiku, cahaya di penglihatanku, cahaya di pendengaranku, cahaya di lidahku, cahaya di jiwaku, dan cahaya di seluruh tubuhku.”
(Diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam Sahih Muslim)
- Doa Makrifatullah dari Imam Ali AS
- “Ya Allah, tunjukkanlah kepadaku jalan yang benar agar aku tidak menyimpang, dan bukakanlah bagiku pintu-pintu makrifat-Mu agar aku mengenal-Mu.”
(Nahjul Balaghah, Khutbah 91)
- Doa Cinta Allah dari Imam Zainul Abidin AS (Munajat Al-Muhibbin)
- “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu agar Engkau menjadikan aku termasuk orang yang Kau pilih untuk mendekati-Mu, yang Kau sucikan untuk mencintai-Mu, dan yang Kau ilhami untuk mengingat-Mu.”
- Doa Memohon Penyucian Jiwa
- QS. Al-Ikhlas: “Ya Allah, bersihkanlah hatiku dari kemusyrikan, sucikan jiwaku dari kesombongan, dan jadikanlah aku hamba-Mu yang tunduk kepada-Mu.”
- Doa Nabi Musa AS (QS. Thaha: 25-28)
Saat Nabi Musa AS menghadapi misi besar, beliau memohon ketenangan batin dan kebijaksanaan:
- “Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku agar mereka memahami perkataanku.”
- Doa Kecintaan kepada Ahlul Bayt
- “Ya Allah, jadikanlah aku mencintai orang-orang yang mencintai-Mu, dan bimbing aku untuk mencintai Ahlul Bayt, yang merupakan cerminan cahaya-Mu.”
(Diriwayatkan oleh Imam Ja’far Ash-Shadiq AS)
- Doa Munajat dari Imam Husain AS di Karbala
- “Ya Allah, jika Engkau meridhaiku, aku tidak peduli apa pun yang terjadi. Ya Allah, Engkau adalah tujuan akhirku, dan aku berserah sepenuhnya kepada-Mu.”
Amalan untuk Memperoleh Tajalli
- Dzikir Asmaul Husna
Membaca nama-nama Allah (seperti Ya Nur untuk cahaya, Ya Hadi untuk petunjuk) secara rutin.
- Membaca Surat-Surat Tertentu dalam Al-Qur’an
- Surat An-Nur (24:35): “Allah adalah cahaya langit dan bumi…”
- Surat Al-Ikhlas: Merenungkan keesaan Allah.
- Surat Al-Fatihah: Sebagai doa permohonan petunjuk.
- Salat Malam (Tahajjud)
Dalam salat malam, seseorang lebih mudah merasakan tajalli Allah karena suasana hati yang tenang dan fokus.
- Mengamalkan Munajat Ahlul Bayt
Membaca Sahifah Sajjadiyah karya Imam Zainul Abidin AS, terutama Munajat Al-Arifin dan Munajat Al-Muhibbin.
- Merenungkan Tanda-Tanda Allah di Alam Semesta
Meluangkan waktu untuk menyadari kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya, seperti langit, bumi, dan kehidupan di sekitar.
Kesimpulan; Manfaat tajalli sangat besar bagi kehidupan spiritual seorang hamba, termasuk memberikan kedamaian batin, meningkatkan iman, dan mengenal Allah secara lebih mendalam. Doa-doa dan amalan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para imam Ahlul Bayt adalah sarana terbaik untuk membuka hati terhadap pengalaman tajalli.
Comments (0)
There are no comments yet