
Oleh: Muhammad Taufiq Ali Yahya*
40 Hikmah ;
1, Islam
2, Taqwa
3, Wara’ (Kehati-hatian)
4, Taubah
5, Dada sempit
6, Malas
7, Menghormati Perintah Allah
8, Menjauhi Maksiat
9, Hati tunduk pada Allah
10, Doa tanpa Usaha
11, Memutus Silaturrahmi
12, Batin yang Jujur
13, Memurnikan Amal
14, Takut pada Allah
15, Ruh Agama
16, Nasihat Sejati
17, Menjauhi Perdebatan
18, Dagangan Akhirat
19, Hari ini Amal besok Hisab
20, Masuk Sorga murah, Masuk Neraka Mahal
21, Orang yang bertaqwa
22, Yang Menanam Pohon Taqwa
23, Orang Yang Mulia
24, Orang Yang Mengakui Dosa
25, Orang Yang mengenal Aibnya
26, Orang Yang lupa Dosanya
27, Orang yg Mencari Aib orang lain
28, Orang Yg Beradab Sejati
29, Belajar dari Pengalaman Org lain
30, Kenikmatan yang tidak benar
31, Kesempurnaan Keikhlasan
32, Yang mencintai Kemuliaan
33, Dosa terbesar; tdk kenal Aibnya
34, Orang yg tulus mencintaimu
35, Perbuatan buruk; sebab terasing
36, Yang mencela, tercela, yang mencaci, pasti akan dicaci
37, Tunaikanlah amanah, meskipun kepada pembunuh para nabi
38, Keinginan yg berlebihan kunci kehancuran
39, Kejahatan penyeru kedalam dosa
40, Kebijaksanaan; kemampuan memikirkan dampaknya
حِكَمٌ من نُورِ الإمام أمير المؤمنين (عليه السلام)
Hikmah 1
- لَا شَرَفَ أَعْلَى مِنَ الإِسْلَامِ،
“Tidak ada kemuliaan yang lebih tinggi daripada Islam.”
- Makna Zahir: Islam adalah agama yang paling mulia karena ia merupakan jalan Ilahi yang diturunkan kepada umat manusia. Melalui Islam, manusia meraih kehormatan dunia dan akhirat.
- Makna Batin (Hikmah): Islam sejati bukan sekadar nama atau ritual lahiriah, tetapi penyerahan total (taslīm) kepada hakikat Ilahi. Seorang arif mencapai puncak kemuliaan ketika ia fana dalam kehendak Allah dan tidak melihat eksistensinya sendiri.
Hikmah 2
٢، وَلَا كَرَمَ أَعَزُّ مِنَ التَّقْوَى.
“Tidak ada kehormatan yang lebih mulia daripada takwa.”
- Makna Zahir: Takwa adalah penjaga batin manusia; ia lebih mulia dari keturunan, harta, atau jabatan.
- Makna Batin (Hikmah): Takwa dalam makrifat adalah kepekaan ruhani terhadap kehadiran Ilahi. Bukan sekadar menjauhi dosa, tapi hidup dalam kesadaran bahwa Allah hadir dalam setiap bisikan hati. Orang bertakwa adalah yang menjaga hatinya dari selain Allah.
Hikmah 3
٣، وَلَا مَعْقِلَ أَحْرَزُ مِنَ الوَرَعِ،
“Tidak ada benteng yang lebih kuat daripada wara‘.”
- Makna Zahir: Wara‘ adalah kehati-hatian untuk menjauhi hal yang syubhat dan haram. Ia menjaga seseorang dari kehancuran moral.
- Makna Batin (Hikmah): Wara‘ bukan sekadar menjauhi hal haram, tapi menjauh dari segala sesuatu yang dapat memalingkan hati dari Allah. Seorang salik menjadikan wara‘ sebagai benteng agar cintanya tidak ternoda oleh dunia.
Hikmah 4
٤، وَلَا شَفِيعَ أَنْجَحُ مِنَ التَّوْبَةِ
“Tidak ada perantara yang lebih berhasil daripada taubat.”
- Makna Zahir: Taubat yang tulus adalah pintu rahmat Allah. Ia lebih bermanfaat daripada syafaat siapa pun jika dilakukan dengan kesungguhan.
- Makna Batin (Hikmah): Taubat sejati adalah kembali dari segala selain Allah menuju Allah. Ia bukan sekadar penyesalan atas dosa, tapi kerinduan untuk pulang ke fitrah. Dalam taubat, ruh mengaku rapuh dan merendah di hadapan cahaya-Nya.
Hikmah 5
٥، مَنْ ضَاقَ صَدْرُهُ، لَمْ يَصْبِرْ عَلَى أَدَاءِ حَقٍّ.
“Siapa yang dadanya sempit, ia tidak sabar dalam menunaikan hak.”
- Makna Zahir: Orang yang tidak berlapang dada akan merasa berat dalam menunaikan kewajiban, baik terhadap Allah maupun sesama.
- Makna Batin (Hikmah): Lapang dada adalah sifat hati yang telah dibuka oleh cahaya Tuhan. Ketika hati sempit oleh ego dan nafsu, ia tidak sanggup memikul amanah ruhani. Sabar menunaikan hak adalah buah dari kelapangan ruh dan kedekatan dengan Allah.
Hikmah 6
٦، مَنْ كَسِلَ، لَمْ يُؤَدِّ حَقَّ اللَّهِ.
Siapa yang malas, ia tidak akan menunaikan hak Allah.
- Makna Zahir: Kemalasan adalah penghalang utama untuk memenuhi kewajiban kepada Allah seperti salat, zakat, dan ibadah lainnya.
- Makna Batin: Malas adalah sifat jiwa yang tertutup dari pancaran nur Ilahi. Seorang arif yang benar-benar mengenal Tuhannya akan merasa ringannya ibadah, karena hatinya telah larut dalam cinta.
Hikmah 7
٧، مَنْ عَظَّمَ أَوَامِرَ اللَّهِ، أَجَابَ سُؤَالَهُ.
Siapa yang mengagungkan perintah Allah, Allah akan kabulkan permohonannya.
- Makna Zahir: Menghormati perintah Allah menunjukkan keimanan sejati dan menjadi sebab dikabulkannya doa.
- Makna Batin: Orang yang hatinya tunduk kepada perintah Tuhan, akan disambut oleh rahmat-Nya. Ia tidak meminta dengan lidah semata, tapi seluruh wujudnya memohon dalam ketaatan.
Hikmah 8
٨، مَنْ تَنَزَّهَ عَنْ حُرُمَاتِ اللَّهِ،
سَارَعَ إِلَيْهِ عَفْوُ اللَّهِ.
Siapa yang menjauh dari larangan-larangan Allah, maka ampunan Allah akan segera menghampirinya
- Makna Zahir: Menjauhi maksiat adalah jalan menuju ampunan. Allah mencintai hamba yang menjaga batasan-Nya.
- Makna Batin: Orang yang menjaga dirinya dari apa yang dibenci Allah akan dipenuhi oleh keindahan ruhani. Penghindaran dari dosa bukan karena takut, tapi karena malu dan cinta.
Hikmah 9
٩، مَنْ تَوَاضَعَ قَلْبُهُ لِلَّهِ،
لَمْ يُسَامْ بَدَنُهُ طَاعَةَ اللَّهِ.
Siapa yang hatinya tunduk kepada Allah, tubuhnya tidak akan merasa berat dalam ketaatan kepada-Nya.
- Makna Zahir: Ketundukan batin membuat amal lahir menjadi ringan. Salat, puasa, dan ibadah lainnya tidak terasa berat bagi orang yang hatinya telah tunduk.
- Makna Batin: Hati yang merendah karena cinta kepada Tuhan akan mengalirkan tenaga batin ke seluruh anggota tubuh. Ibadahnya bukan beban, tapi kenikmatan ruhani.
Hikmah 10
١٠، الدَّاعِي بِلَا عَمَلٍ، كَالرَّامِي بِلَا وَتَرٍ.
Orang yang berdoa tanpa amal seperti pemanah tanpa busur.
- Makna Zahir: Doa tanpa usaha dan amal adalah sia-sia. Sebagaimana anak panah tanpa busur tidak bisa melesat.
- Makna Batin: Doa sejati lahir dari amal yang jujur. Tanpa keselarasan antara kata dan perbuatan, doa hanya gema kosong dari jiwa yang belum hadir di hadapan-Nya.
Hikmah 11
١١، لَيْسَ مَعَ قَطِيعَةِ الرَّحِمِ نَمَاءٌ،
وَلَا مَعَ الفُجُورِ غِنًى.
Tidak ada keberkahan dalam memutus silaturahmi, dan tidak ada kekayaan bersama kefajiran.
- Makna Zahir: Memutus hubungan keluarga menghapus keberkahan hidup. Kekayaan sejati tak mungkin hadir dengan cara yang bejat.
- Makna Batin: Silaturahmi mengalirkan rahmat Tuhan di kehidupan, sedangkan kefajiran adalah tirai tebal yang menutup jalan keberkahan meskipun tampak kaya.
Hikmah 12
١٢، عِنْدَ تَصْحِيحِ الضَّمَائِرِ، تُغْفَرُ الكَبَائِرُ.
Ketika hati telah dibenahi, dosa-dosa besar akan diampuni.
- Makna Zahir: Taubat dan perbaikan niat adalah jalan pengampunan dosa-dosa besar.
- Makna Batin: Allah melihat ke dalam hati; saat batin jujur dalam kembali kepada-Nya, segala noda akan dilenyapkan oleh cahaya pengampunan.
Hikmah 13
١٣، تَصْفِيَةُ العَمَلِ، خَيْرٌ مِنَ العَمَلِ.
Memurnikan amal lebih baik daripada memperbanyak amal.
- Makna Zahir: Amal sedikit tapi ikhlas lebih berharga daripada banyak tapi riya’.
- Makna Batin: Kejernihan niat adalah cahaya ruhani. Amal yang bersumber dari cinta dan makrifat akan menembus langit, meski jumlahnya sedikit.
Hikmah 14
Baca juga:
Fokus Tingkatkan Pertumbuhan dan Profitabilitas, Kinerja XL Axiata Melejit di Kuartal 1 2024
١٤، عندَ الخوفِ يُحسَنُ العملُ
Dalam keadaan takut, amal menjadi baik.
- Makna Zahir: Rasa takut kepada Allah mendorong kehati-hatian dan kesungguhan dalam beramal.
- Makna Batin: Takut yang lahir dari makrifat, bukan sekadar ancaman, menjadikan jiwa khusyuk, amal menjadi persembahan penuh cinta dan harap.
Hikmah 15
١٥، رَأْسُ الدِّينِ، صِحَّةُ اليَقِينِ.
Puncak agama adalah kuatnya keyakinan.
- Makna Zahir: Tanpa keyakinan yang benar, seluruh ibadah menjadi rapuh.
- Makna Batin: Keyakinan adalah ruh agama. Ia cahaya di dalam jiwa yang menjadikan seluruh ibadah bermakna dan hidup.
Hikmah 16
أَفْضَلُ مَا لَقِيتَ اللَّهَ بِهِ.
نَصِيحَةٌ مِنْ قَلْبٍ، وَتَوْبَةٌ مِنْ ذَنْبٍ
Yang terbaik saat menghadap Allah adalah: nasihat yang tulus dari hati dan taubat dari dosa.
- Makna Zahir: Nasihat yang diberikan dengan hati yang tulus dan taubat yang datang dari kedalaman hati adalah amalan yang paling diterima oleh Allah.
- Makna Batin: Nasihat sejati adalah yang berasal dari hati yang bersih, sedangkan taubat yang hakiki adalah kembali dari setiap dosa dengan penuh ketulusan dan penyesalan yang mendalam.
Hikmah 17
إِيَّاكُمْ وَالجِدَالَ،فَإِنَّهُ يُورِثُ الشَّكَّ فِي دِينِ اللَّهِ.
Jauhilah perdebatan, karena ia menumbuhkan keraguan dalam agama Allah.
- Makna Zahir: Perdebatan yang tidak pada tempatnya menyebabkan kebingungan dan keraguan dalam memahami agama.
- Makna Batin: Orang yang banyak berdebat tanpa dasar ilmu akan mengaburkan pandangan batinnya terhadap kebenaran, dan melahirkan kebingungan dalam hatinya.
Hikmah 18
١٨، بِضَاعَةُ الآخِرَةِ كَاسِدَةٌ،
فَاسْتَكْثِرْ مِنْهَا فِي أَوَانِ كَسَادِهَا.
Dagangan akhirat sedang sepi, maka perbanyaklah membelinya di masa sepinya.
- Makna Zahir: Di dunia ini, amal untuk akhirat sering kali terlupakan. Manfaatkan kesempatan untuk beramal sebanyak-banyaknya sebelum waktunya habis.
- Makna Batin: Ketika dunia sedang menggoda dengan kenikmatan-kenikmatan palsu, justru saat itulah harta yang sesungguhnya, yakni amal akhirat, harus diperlakukan dengan sepenuh hati.
Hikmah 19
١٩، اليَوْمَ عَمَلٌ وَلَا حِسَابٌ،
وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَلٌ.
Hari ini adalah waktu untuk beramal, tanpa hisab; dan besok adalah waktu hisab, tanpa amal.
- Makna Zahir: Kita harus memanfaatkan waktu di dunia ini untuk beramal, karena pada hari kiamat nanti, segala amal kita akan dihitung tanpa ada kesempatan untuk beramal lagi.
- Makna Batin: Hari ini adalah kesempatan yang diberikan oleh Allah untuk mendekatkan diri, sementara esok adalah penentuan. Maka, setiap detik adalah kesempatan berharga yang tidak boleh disia-siakan.
Hikmah 20
٢٠، دُخُولُ الجَنَّةِ رَخِيصٌ، وَدُخُولُ النَّارِ غَالٍ.
Masuk surga itu murah, tetapi masuk neraka itu mahal.
- Makna Zahir: Surga dibuka lebar bagi mereka yang taat, sedangkan jalan menuju neraka penuh dengan penderitaan.
- Makna Batin: Masuk surga hanya membutuhkan kepatuhan kepada Allah dengan ikhlas, sementara jalan menuju neraka terhalang oleh nafsu dan godaan dunia yang mahal harganya.
Hikmah 21
٢١، التَّقِيُّ، سَابِقٌ إِلَى كُلِّ خَيْرٍ.
Orang bertakwa selalu lebih dahulu dalam segala kebaikan.
- Makna Zahir: Orang yang bertakwa akan selalu berada di garis depan dalam setiap amal kebaikan, karena mereka menjaga diri dari hal-hal yang dilarang dan berusaha untuk berbuat baik.
- Makna Batin: Takwa adalah cahaya yang memimpin hati menuju jalan kebaikan. Orang yang bertakwa selalu terdorong untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam segala aspek kehidupan.
Hikmah 22
٢٢، مَنْ غَرَسَ أَشْجَارَ التُّقَى، جَنَى ثِمَارَ الهُدَى.
Siapa yang menanam pohon takwa, akan memetik buah petunjuk.
- Makna Zahir: Orang yang menanam amal takwa dalam hidupnya akan menuai hasil yang baik berupa petunjuk dan kemudahan dari Allah dalam menjalani kehidupan.
- Makna Batin: Takwa adalah bibit yang menumbuhkan pohon petunjuk; semakin dalam seseorang menanam takwa, semakin luas dan indah pula buah petunjuk yang dipetiknya.
Hikmah 23
الكريمُ من أكرم عن ذل النارِ وجهه ضاحكٌ
Orang yang mulia adalah yang memuliakan wajahnya dari kehinaan neraka.
- Makna Zahir: Orang yang menjaga diri dari kehinaan neraka adalah orang yang benar-benar mulia, karena ia tidak akan terjerumus dalam perbuatan yang merugikan dirinya di akhirat.
- Makna Batin: Kemuliaan sejati terletak pada menjaga diri dari azab Allah. Orang yang benar-benar mulia akan menghindari perbuatan yang membawa kehinaan, meskipun hal itu tampak menyenangkan di dunia.
Hikmah 24
معترفٌ بذنبه أفضلُ من باكٍ مدلٍّ على ربه
Orang yang mengakui dosanya lebih baik daripada yang menangis karena merasa sombong kepada Tuhannya.
- Makna Zahir: Mengakui dosa dengan rendah hati adalah langkah pertama menuju perbaikan, sedangkan menangis karena kesombongan dan ujub tidak akan membawa manfaat.
- Makna Batin: Pengakuan dosa adalah bentuk ketulusan hati yang mendalam. Sementara itu, kesombongan menghalangi rahmat Allah, karena orang yang sombong tidak akan pernah merasakan kemurnian taubat.
Hikmah 25
٢٥، مَنْ عَرَفَ عَيْبَ نَفْسِهِ، اشْتَغَلَ عَنْ عَيْبِ غَيْرِهِ.
Siapa yang mengenali aib dirinya, ia akan sibuk dengan aibnya sendiri dan tidak sempat mencari-cari aib orang lain.
- Makna Zahir: Seseorang yang menyadari kelemahan dan kesalahannya sendiri tidak akan memiliki waktu untuk mencela orang lain.
- Makna Batin: Kesadaran akan kekurangan diri adalah kunci untuk memahami hakikat hidup. Orang yang benar-benar sadar akan kekurangannya akan lebih fokus pada perbaikan diri daripada mencari-cari kesalahan orang lain.
Hikmah 26
٢٦، مَنْ نَسِيَ خَطِيئَتَهُ، اسْتَعْظَمَ خَطِيئَةَ غَيْرِهِ.
Siapa yang lupa dosanya sendiri, maka ia akan menganggap besar dosa orang lain.
- Makna Zahir: Orang yang tidak mengingat dosa-dosanya sendiri akan mudah menilai dosa orang lain dengan sangat besar.
- Makna Batin: Ketika seseorang tidak merenung tentang kesalahannya, hatinya akan dipenuhi dengan kecenderungan untuk menilai orang lain, sementara ia sendiri lupa akan kekurangan dirinya.
Hikmah 27
٢٧، وَمَنْ نَظَرَ فِي عُيُوبِ النَّاسِ، وَرَضِيَهَا لِنَفْسِهِ، فَذَلِكَ الأَحْمَقُ بِعَيْنِهِ.
Siapa yang mencari-cari aib orang lain dan merasa puas dengan itu atas dirinya, dialah orang bodoh sejati.
- Makna Zahir: Orang yang terus-menerus melihat kekurangan orang lain dan merasa bangga atas dirinya sendiri akan terjebak dalam kebodohan yang nyata.
- Makna Batin: Hati yang sibuk mengurusi aib orang lain tanpa memperbaiki dirinya sendiri adalah hati yang jauh dari kebijaksanaan. Seseorang yang tidak melihat kekurangan dirinya akan mudah terjatuh dalam kesombongan dan kebodohan.
Hikmah 28
٢٨، كَفَاكَ أَدَبُكَ لِنَفْسِكَ، مَا كَرِهْتَهُ لِغَيْرِكَ.
Cukuplah adab bagimu untuk dirimu sendiri, apa yang kau benci untuk orang lain, jangan lakukan untuk dirimu.
- Makna Zahir: Menghormati diri sendiri berarti menghindari perbuatan yang kita tidak suka jika dilakukan oleh orang lain kepada kita.
- Makna Batin: Orang yang beradab sejati akan berlaku kepada dirinya seperti yang ia harapkan dari orang lain. Ia akan selalu menegakkan keadilan dan menghindari keburukan.
Hikmah 29
٢٩، اتَّعِظْ بِغَيْرِكَ، وَلَا تَكُنْ مُتَّعِظًا بِكَ.
Ambillah pelajaran dari orang lain, jangan sampai dirimu dijadikan pelajaran oleh orang lain.
- Makna Zahir: Belajarlah dari pengalaman orang lain agar tidak jatuh ke dalam kesalahan yang sama. Jangan biarkan orang lain melihat kesalahanmu dan mengambil pelajaran darimu.
- Makna Batin: Orang yang bijaksana adalah yang mau mengambil hikmah dari kehidupan orang lain. Jangan sampai orang lain harus belajar dari keburukanmu atau kesalahanmu.
Hikmah 30
٣٠، لَا خَيْرَ فِي لَذَّةٍ، تَعْقُبُ نَدَامَةً.
Tidak ada kebaikan dalam kenikmatan yang berakhir dengan penyesalan.
- Makna Zahir: Kenikmatan duniawi yang membawa penyesalan di akhir hidup tidaklah bermanfaat. Semua kenikmatan yang didapatkan dengan cara yang salah akan membawa akibat buruk.
- Makna Batin: Setiap kenikmatan yang tidak diraih dengan cara yang benar dan halal hanya akan mendatangkan penyesalan. Oleh karena itu, seorang yang bijak tidak akan tertipu dengan kenikmatan sementara yang mengarah pada penyesalan.
Hikmah 31
٣١، تَمَامُ الإِخْلَاصِ، تَجَنُّبُ المَعَاصِي.
Kesempurnaan keikhlasan adalah menjauhi maksiat.
- Makna Zahir: Keikhlasan seseorang akan tampak sempurna jika ia mampu menjauhi segala bentuk dosa dan maksiat.
- Makna Batin: Keikhlasan dalam beribadah hanya akan tercapai jika seseorang benar-benar menjaga dirinya dari dosa, sebab dosa menghalangi hati dari mendapatkan kedekatan dengan Allah.
Hikmah 32
٣٢، مَنْ أَحَبَّ المَكَارِمَ، اجْتَنَبَ المَحَارِمَ.
Siapa yang mencintai kemuliaan, ia akan menjauhi hal-hal yang diharamkan.
- Makna Zahir: Orang yang mendambakan kemuliaan dan kehormatan akan selalu berusaha menghindari segala sesuatu yang dilarang oleh agama.
- Makna Batin: Kemuliaan hakiki berasal dari menjauhi larangan-larangan Allah dan menjaga kehormatan diri dengan tidak terjerumus dalam dosa.
Hikmah 33
٣٣، جَهْلُ المَرْءِ بِعُيُوبِهِ، مِنْ أَعْظَمِ ذُنُوبِهِ.
Ketidaktahuan seseorang akan aib dirinya adalah salah satu dosa terbesarnya.
- Makna Zahir: Seseorang yang tidak menyadari kelemahan dan kekurangannya sendiri, maka ia akan terus berada dalam kesalahan tanpa memperbaikinya.
- Makna Batin: Tidak mengenali aib diri berarti tidak ada kesadaran untuk memperbaiki diri. Itu adalah dosa besar karena membiarkan diri terus terjerumus dalam kesalahan.
Hikmah 34
٣٤، مَنْ أَحَبَّكَ نَهَاكَ، وَمَنْ أَبْغَضَكَ أَغْرَاكَ.
Orang yang mencintaimu akan menasihatimu, dan orang yang membencimu akan menjerumuskanmu.
- Makna Zahir: Orang yang mencintaimu dengan tulus akan selalu mengingatkanmu untuk kebaikan, sementara orang yang membencimu akan berusaha menjerumuskanmu ke dalam kesalahan.
- Makna Batin: Cinta sejati terlihat dari nasihat yang diberikan, yang selalu mengarah pada kebaikan dan tidak membiarkanmu jatuh ke dalam dosa.
Hikmah 35
٣٥، وَمَنْ أَسَاءَ، اسْتَوْحَشَ.
Siapa yang berbuat buruk akan hidup dalam keterasingan.
- Makna Zahir: Perbuatan buruk akan menyebabkan seseorang merasa terasing dan jauh dari orang lain, baik secara sosial maupun emosional.
- Makna Batin: Keterasingan batin terjadi ketika seseorang menjauh dari kebaikan dan tidak memperhatikan hubungan dengan Allah dan sesama.
Hikmah 36
٣٦، مَنْ عَابَ، عِيبَ. وَمَنْ شَتَمَ، أُجِيبَ.
Siapa yang mencela, maka ia sendiri memiliki cela, dan siapa yang mencaci, pasti akan dicaci pula.
- Makna Zahir: Orang yang suka mencela dan mencaci orang lain, sebenarnya ia sedang memproyeksikan kekurangannya sendiri, dan ia akan menerima balasan yang sama.
- Makna Batin: Sifat mencela dan mencaci menunjukkan ketidakmampuan seseorang untuk melihat kebaikan dalam dirinya sendiri, sehingga ia mudah mengkritik orang lain.
Hikmah 37
٣٧، أَدُّوا الأَمَانَةَ، وَلَوْ إِلَى قَاتِلِ الأَنْبِيَاءِ.
Tunaikanlah amanah, meskipun kepada pembunuh para nabi.
- Makna Zahir: Kejujuran dan amanah harus tetap ditegakkan dalam segala situasi, meskipun kepada orang yang sangat buruk sekalipun.
- Makna Batin: Menjaga amanah adalah tanda keimanan, dan harus dilaksanakan tanpa pandang bulu, bahkan ketika berhadapan dengan musuh yang besar sekalipun.
Hikmah 38
٣٨، الرَّغْبَةُ، مِفْتَاحُ العَطَبِ.
وَالتَّعَبُ، مَطِيَّةُ النَّصَبِ.
Keinginan yang berlebihan adalah kunci kehancuran, dan keletihan adalah tunggangan kesusahan.
- Makna Zahir: Keinginan yang berlebihan akan membawa kerusakan dan kesulitan hidup, sedangkan rasa lelah yang tidak terkendali akan menuntun seseorang ke dalam keletihan yang tiada habisnya.
- Makna Batin: Rasa tamak dan tidak puas akan mengarah pada kebinasaan, sementara menjalani hidup dengan penuh ketenangan dan rasa cukup adalah jalan menuju kedamaian.
Hikmah 39
٣٩، الشَّرُّ، دَاعٍ إِلَى التَّقَحُّمِ فِي الذُّنُوبِ.
Kejahatan adalah penyeru untuk terjerumus ke dalam dosa.
- Makna Zahir: Kejahatan mendorong seseorang untuk terus-menerus melakukan dosa, dan tanpa disadari ia akan terjerumus lebih dalam.
- Makna Batin: Setiap tindakan buruk akan membuka jalan bagi perbuatan dosa lainnya, menjadikan diri seseorang terperangkap dalam keburukan yang berkelanjutan.
Hikmah 40
٤٠، من مَنْ تَوَرَّطَ فِي الأُمُورِ، غَيْرَ نَاظِرٍ فِي العَوَاقِبِ، فَقَدْ تَعَرَّضَ لِمَدْرَجَاتِ النَّوَائِبِ.
Siapa yang terlibat dalam urusan tanpa memperhatikan akibatnya, maka ia telah membuka jalan bagi datangnya musibah.
- Makna Zahir: Jika seseorang terlibat dalam suatu urusan tanpa memikirkan dampaknya, maka ia akan menghadapi akibat yang buruk.
- Makna Batin: Kebijaksanaan terletak pada kemampuan untuk melihat dan memikirkan dampak dari setiap tindakan. Mengabaikan konsekuensi adalah jalan menuju kerugian.
Sumber; Kanz al-Fawa’id karya Abu al-Fath al-Karajaki
* Penulis adalah Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Qur'an
Comments (0)
There are no comments yet