Makna Bulan Jamuan Allah (Bagian Terakhir)

Supa Athana - Entertainment
28 February 2025 14:51
Puasa sejati adalah ketika hatimu hanya dipenuhi oleh Allah dan tidak ada selain-Nya

Oleh: Muhammad Taufiq Ali Yahya*

Ahli makrifat membagi puasa menjadi tiga tingkatan:

  1. Puasa Lahiriah → Menahan lapar dan dahaga.
  2. Puasa Batiniah → Menahan diri dari dosa dan syahwat.
  3. Puasa Hakikat → Menahan hati dari segala sesuatu selain Allah.

 

➡️ Syekh Ahmad al-Alawi berkata:

“Puasa sejati adalah ketika hatimu hanya dipenuhi oleh Allah dan tidak ada selain-Nya.”

 

✅ Makna: Seorang yang mencapai puasa hakiki akan mengalami fana’ (lebur) dalam Allah dan hanya melihat-Nya dalam segala sesuatu.

 

  1. Ramadan Adalah Waktu Penyucian Ruh (تصفية الروح)

 

Ahli makrifat melihat Ramadan sebagai proses penyucian ruh agar layak mendekati Hadirat Ilahi.

➡️ Syekh Al-Hallaj berkata:

“Lapar adalah jalan menuju kebersihan jiwa, dan jiwa yang bersih akan menyaksikan Tuhan.”

 

✅ Makna: Dengan meninggalkan duniawi, ruh manusia akan bercahaya dan lebih mudah menerima rahasia Ilahi.

 

  1. Lailatul Qadr Adalah Perjalanan Menuju Cahaya Mutlak

 

Lailatul Qadr dalam makrifat bukan sekadar malam yang penuh keberkahan, tetapi malam di mana ruh manusia bisa mencapai “penyingkapan Ilahi” (kasyf).

➡️ Imam Khomeini berkata:

“Orang yang suci jiwanya akan mengalami Lailatul Qadr di dalam batinnya, bukan hanya dalam perhitungan kalender.”

 

✅ Makna: Lailatul Qadr adalah waktu bagi ruh untuk menerima pancaran cahaya Ilahi yang tak terbatas.

 

  1. Ramadan Adalah Latihan Untuk Mencapai Tajalli Ilahi

 

Tajalli berarti penyataan atau manifestasi Allah dalam hati seorang hamba. Ramadan adalah latihan untuk mengosongkan diri agar Allah bisa “bersemayam” dalam hati.

➡️ Syekh Ibn Arabi berkata:

“Tidak ada tempat bagi Allah dalam hati yang masih dipenuhi selain-Nya.”

 

✅ Makna: Ramadan adalah latihan bagi hati untuk menyingkirkan segala selain Allah agar bisa menerima tajalli-Nya.

 

  1. Puasa Adalah Penyatuan Ruh dengan Sumber Cahaya Ilahi

 

Ahli makrifat melihat puasa sebagai cara untuk kembali menyatu dengan Nur Muhammad (Cahaya Ilahi dalam Rasulullah saw).

➡️ Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:

“Ruh mukmin bersinar di bulan Ramadan sebagaimana matahari bersinar di siang hari.”

 

✅ Makna: Ramadan membantu ruh kita kembali kepada fitrah cahaya yang bersumber dari Allah.

 

  1. Hakikat Ramadan Adalah Melebur dalam Cinta Ilahi (فناء في الله)

 

Tujuan akhir makrifat adalah fana’ fillah (melebur dalam Allah). Ramadan adalah waktu terbaik untuk mencapai ini.

➡️ Jalaluddin Rumi berkata:

“Ketika engkau berpuasa, engkau tidak sekadar menjauhi makanan, tetapi engkau sedang menuju perjamuan Allah, di mana yang tersaji adalah kehadiran-Nya sendiri.”

 

✅ Makna: Ramadan bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi meninggalkan diri sendiri dan menyatu dalam cinta Ilahi.

 

Kesimpulan

 

Bagi ahli makrifat dan hakikat, Ramadan adalah:

✅ Perjalanan menuju Allah, bukan sekadar ibadah fisik.

✅ Penyucian ruh agar siap menerima cahaya Ilahi.

✅ Kesempatan untuk mencapai fana’ fillah (melebur dalam Allah).

✅ Latihan mengosongkan hati dari dunia agar Allah bisa bersemayam di dalamnya.

✅ Waktu di mana seorang hamba bisa melihat dan merasakan kehadiran Allah secara langsung.

 

‎“شَهْرٌ دُعِيْتُمْ فِيْهِ إِلَى ضِيَافَةِ اللهِ” → Ramadan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi undangan menuju Hakikat Ilahi, di mana orang yang mencapai makrifat akan merasakan kehadiran Allah dalam hatinya.

 

Dalam perspektif ahli hakikat Syiah, hadis “شَهْرٌ دُعِيْتُمْ فِيْهِ إِلَى ضِيَافَةِ اللهِ، وَجُعِلْتُمْ فِيْهِ مِنْ أَهْلِ كَرَامَةِ اللهِ” memiliki makna yang lebih mendalam daripada sekadar ibadah lahiriah. Ramadan dipandang sebagai sarana penyucian jiwa dan perjalanan menuju Hakikat Allah, sebagaimana diajarkan dalam tasawuf dan irfan Syiah.

 

10 Makna Hadis Ini Menurut Ahli Hakikat Syiah

 

  1. Ramadan adalah Perjalanan Menuju “Hakikat Tauhid”

 

Dalam ajaran irfan Syiah, makrifatullah (pengenalan Allah) adalah puncak perjalanan spiritual. Puasa dalam Ramadan bukan sekadar ibadah fisik, tetapi latihan untuk membuka hijab yang menghalangi hati dari mengenal Allah.

 

➡️ Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:

“Hakikat puasa bukanlah menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi menahan hati dari selain Allah.”

 

✅ Makna: Ramadan adalah waktu terbaik untuk membersihkan hati dari kecenderungan duniawi dan menuju hakikat tauhid.

 

  1. “Jamuan Allah” adalah Pengenalan kepada Wali-Wali-Nya

 

Dalam irfan Syiah, menjadi tamu Allah berarti mendekat kepada Imam Mahdi (aj) dan para wali-Nya.

 

➡️ Imam Ali Zainal Abidin (as) dalam doa Abu Hamzah ats-Tsumali berkata:

“Ya Allah, jika Engkau tidak memperkenankanku masuk dalam rahmat-Mu, kepada siapa lagi aku harus mencari perlindungan?”

 

✅ Makna: Bulan Ramadan adalah kesempatan untuk mengenal wali-wali Allah dan mencari perlindungan mereka sebagai jalan menuju makrifat-Nya.

 

  1. Hakikat “Kemuliaan dari Allah” adalah Menjadi Insan Kamil

 

Dalam irfan Syiah, manusia sempurna (Insan Kamil) adalah Rasulullah saw dan Ahlul Bait (as). Ramadan adalah kesempatan untuk menapaki jalan menuju kesempurnaan ruhani.

 

➡️ Sayyid Haidar Amuli berkata:

“Puasa yang sejati adalah ketika manusia meneladani akhlak Muhammad dan Ali, karena mereka adalah refleksi sempurna dari cahaya Ilahi.”

 

✅ Makna: Bulan Ramadan adalah waktu untuk menyerap sifat-sifat Ilahi yang terpancar dari Ahlul Bait (as).

 

  1. Ramadan adalah Waktu Penyucian Jiwa dan Penyatuan dengan Nur Muhammad

 

Dalam irfan Syiah, semua manusia memiliki bagian dari Nur Muhammad, yang merupakan cahaya primordial yang menjadi sumber segala kesempurnaan.

 

➡️ Allamah Thabathabai dalam Tafsir al-Mizan berkata:

“Puasa adalah jalan untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya yang bercahaya dengan Nur Muhammad.”

 

✅ Makna: Ramadan adalah proses penyatuan kembali dengan cahaya kenabian dalam diri manusia.

 

  1. Hakikat Puasa Adalah Menghilangkan Hijab Diri

ویژگی‌های ماه مهمانی خدا

Dalam ajaran hakikat Syiah, hijab terbesar antara manusia dan Allah adalah “diri” (ego dan nafsu rendah).

 

➡️ Imam Khomeini dalam “Sirrus Shalat” berkata:

“Selama engkau masih memandang dirimu sebagai pelaku puasa, engkau belum berpuasa untuk Allah.”

 

✅ Makna: Ramadan adalah waktu untuk menghilangkan kesadaran ego dan melebur dalam kehendak Allah.

 

  1. Ramadan Adalah Waktu Penguatan Hubungan dengan Imam Mahdi (aj)

 

Dalam tradisi hakikat Syiah, Imam Mahdi (aj) adalah manifestasi rahmat Ilahi di akhir zaman.

 

➡️ Syekh Bahai dalam “Misbah al-Hidayah” berkata:

“Di bulan Ramadan, hati yang suci dapat merasakan kehadiran Imam Mahdi (aj), karena ia adalah sumber cahaya dan petunjuk.”

 

✅ Makna: Bulan Ramadan adalah waktu terbaik untuk memperkuat hubungan spiritual dengan Imam Mahdi (aj).

 

  1. Hakikat Lailatul Qadr Adalah “Tajalli” (Penyingkapan Ilahi)

 

Lailatul Qadr dalam hakikat Syiah bukan sekadar malam yang penuh pahala, tetapi malam ketika cahaya Ilahi dan ilmu hakikat diturunkan kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih.

 

➡️ Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:

“Barang siapa yang mencapai Lailatul Qadr, ia telah menyaksikan hakikat wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah saw.”

 

✅ Makna: Ramadan adalah kesempatan untuk mencapai penyingkapan Ilahi (kasyf) dan memahami realitas spiritual di balik dunia material.

 

  1. Puasa Sejati Adalah “Puasa Ruh”

 

Menurut irfan Syiah, puasa yang hakiki adalah menahan ruh dari keterikatan duniawi.

 

➡️ Allamah Thabathabai berkata:

“Orang yang berpuasa hakiki tidak hanya menahan makan dan minum, tetapi juga menahan hatinya dari segala sesuatu selain Allah.”

 

✅ Makna: Ramadan adalah latihan untuk membebaskan ruh dari keterikatan duniawi dan membawa hati lebih dekat kepada Allah.

 

  1. Ramadan Adalah Bulan “Fana’ Fillah” (Peleburan dalam Allah)

 

Dalam tasawuf Syiah, tujuan akhir ibadah adalah melebur dalam Allah (fana’ fillah), di mana seseorang tidak lagi melihat dirinya, tetapi hanya melihat Allah dalam segala sesuatu.

 

➡️ Sayyid Ibn Thawus dalam “Iqbal al-A‘mal” berkata:

“Barang siapa yang berpuasa dengan hati yang ikhlas, maka ia akan mengalami fana’ dalam rahmat Allah.”

 

✅ Makna: Ramadan adalah kesempatan untuk melebur dalam kehadiran Ilahi dan merasakan kebersamaan-Nya secara langsung.

 

  1. Ramadan adalah Waktu “Tajalli Asma Allah” dalam Diri Manusia

 

Dalam irfan Syiah, manusia adalah cermin bagi Nama-Nama Allah (Asma’ullah).

 

➡️ Imam Ali (as) berkata:

“Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.”

 

✅ Makna: Ramadan adalah waktu untuk memperbaiki cermin hati agar bisa memantulkan cahaya Asma Allah.

 

Kesimpulan

 

Bagi ahli hakikat Syiah, hadis “شَهْرٌ دُعِيْتُمْ فِيْهِ إِلَى ضِيَافَةِ اللهِ” memiliki makna yang mendalam:

 

✅ Bulan Ramadan adalah waktu perjalanan menuju makrifatullah.

✅ Jamuan Allah adalah kesempatan untuk mengenal Imam Mahdi (aj) dan wali-wali Allah.

✅ Kemuliaan sejati adalah pencapaian Insan Kamil, sebagaimana Rasulullah saw dan Ahlul Bait (as).

✅ Puasa hakiki adalah meninggalkan diri sendiri dan melebur dalam Allah.

✅ Lailatul Qadr adalah waktu tajalli, di mana Allah menyingkapkan hakikat-Nya kepada hamba-hamba yang suci.

 

Ramadan bukan sekadar ibadah lahiriah, tetapi undangan menuju Hadirat Ilahi, di mana mereka yang mencapai hakikatnya akan merasakan kehadiran Allah secara langsung dalam hati dan ruh mereka.

 

Berikut 10 kisah dan cerita yang menggambarkan makna hakiki dari hadis:

 

‎“شَهْرٌ دُعِيْتُمْ فِيْهِ إِلَى ضِيَافَةِ اللهِ، وَجُعِلْتُمْ فِيْهِ مِنْ أَهْلِ كَرَامَةِ اللهِ”

 

yaitu bahwa bulan Ramadan adalah jamuan Allah yang membawa manusia menuju kemuliaan sejati.

 

  1. Rasulullah saw dan Jamuan Ilahi di Gua Hira

 

(Hakikat Ramadan adalah perjalanan menuju Allah)

 

Sebelum menerima wahyu, Rasulullah saw sering berkhalwat (menyendiri) di Gua Hira, terutama di bulan Ramadan. Ia berpuasa, beribadah, dan menangis di hadapan Allah, hingga suatu malam Lailatul Qadr datang dan Jibril membawa wahyu pertama:

 

“Iqra’ bismi Rabbika…” (QS Al-‘Alaq: 1).

 

➡️ Makna: Ramadan bukan sekadar menahan lapar, tetapi waktu untuk membuka hati agar siap menerima cahaya Ilahi, sebagaimana Rasulullah saw menerima wahyu pertama di bulan ini.

 

  1. Imam Ali as: “Jangan Biarkan Ramadan Berlalu Tanpa Makrifat”

 

(Hakikat kemuliaan dalam Ramadan adalah mengenal Allah)

 

Suatu hari, Imam Ali as berkata kepada sahabatnya:

 

“Banyak orang yang berpuasa, tetapi mereka hanya mendapatkan lapar dan dahaga. Tapi ada juga yang berpuasa, lalu Allah membuka baginya pintu-pintu surga.”

 

Seseorang bertanya, “Bagaimana agar puasa kita menjadi seperti itu?”

 

Imam Ali as menjawab:

“Jadikan Ramadan sebagai sarana untuk mengenal Tuhanmu, bukan sekadar menahan makan dan minum.”

 

➡️ Makna: Ramadan adalah waktu untuk mengenal Allah dan menyadari kehadiran-Nya dalam setiap detik kehidupan.

 

  1. Salman al-Farisi dan Rahasia Ramadan

 

(Ramadan adalah ujian kesabaran menuju cahaya Allah)

 

Salman al-Farisi, sahabat Rasulullah, adalah seorang pencari kebenaran. Ia berpindah dari satu negeri ke negeri lain mencari hakikat agama. Ia pernah menjadi budak dan hidup dalam penderitaan.

 

Ketika akhirnya ia bertemu Rasulullah saw, ia bertanya:

“Wahai Rasulullah, bagaimana aku bisa dekat dengan Allah?”

 

Rasulullah menjawab:

“Puasa di bulan Ramadan adalah jalan untuk mendekat kepada-Nya, karena dalam puasa terdapat rahasia kesabaran dan cahaya Allah.”

 

➡️ Makna: Ramadan adalah ujian kesabaran, yang membawa manusia dari kegelapan menuju cahaya Ilahi.

 

  1. Seorang Sufi dan Makanan dari Langit

 

Baca juga:
Di Penghujung Masa Jabatannya, Kehawatiran Jokowi Terbukti, Para Bankir Mengeluh Soal Likuiditas

(Ramadan adalah jamuan dari Allah secara langsung)

 

Seorang sufi terkenal, Bahlool, pernah berpuasa dengan penuh keikhlasan dan tidak meminta makanan dari siapa pun. Ia berkata:

 

“Aku ingin melihat bagaimana Allah menjamuku di bulan ini.”

 

Suatu hari, ketika ia merasa sangat lapar, seseorang mengetuk pintunya dan memberi makanan dengan berkata:

 

“Ini makanan dari seseorang yang tidak ingin disebut namanya.”

 

Bahlool menangis dan berkata:

“Inilah bukti bahwa jika engkau berpuasa karena Allah, maka Dia akan langsung menjamumu dengan cara yang tidak terduga.”

 

➡️ Makna: Ramadan adalah jamuan Allah bagi hamba-hamba-Nya yang bertawakal sepenuhnya kepada-Nya.

 

  1. Imam Ja’far Shadiq as dan Makna Lailatul Qadr

 

(Ramadan adalah waktu turunnya rahmat dan hikmah Ilahi)

 

Seorang murid bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq as:

“Mengapa Lailatul Qadr begitu istimewa?”

 

Imam menjawab:

“Lailatul Qadr adalah malam ketika takdirmu bisa berubah. Jika engkau berdoa dengan hati yang tulus, Allah akan menuliskan kebaikan untukmu yang bahkan tidak pernah kau bayangkan.”

 

Murid itu bertanya lagi:

“Bagaimana agar kita bisa mendapatkan rahmat tersebut?”

 

Imam berkata:

“Puasa yang hakiki bukan hanya menahan lapar, tetapi menahan hati dari dosa dan hawa nafsu.”

 

➡️ Makna: Ramadan adalah waktu di mana Allah menurunkan rahmat-Nya bagi mereka yang benar-benar ingin berubah dan mendekat kepada-Nya.

 

  1. Syekh Bahai dan Hakikat Puasa Ruh

 

(Puasa sejati adalah menahan hati dari selain Allah)

 

Suatu hari, Syekh Bahai, seorang sufi Syiah, melihat seseorang yang berbuka puasa dengan makanan yang sangat mewah.

 

Syekh berkata:

“Apakah engkau benar-benar berpuasa?”

 

Orang itu menjawab:

“Tentu, aku tidak makan dan minum sepanjang hari!”

 

Syekh Bahai tersenyum dan berkata:

“Tetapi engkau terus berbicara tentang dunia, harta, dan kemewahan. Seorang yang berpuasa seharusnya tidak hanya menahan perutnya, tetapi juga hatinya dari dunia.”

 

➡️ Makna: Hakikat Ramadan adalah puasa hati dari kecintaan duniawi dan hanya fokus kepada Allah.

 

  1. Kisah Seorang Lelaki yang Dihormati oleh Malaikat

 

(Ramadan adalah kesempatan untuk mendapat kedudukan di sisi Allah)

 

Dalam suatu riwayat, seorang lelaki miskin berpuasa dengan penuh keikhlasan. Saat berbuka, ia hanya memiliki sepotong roti. Ia melihat seorang anak yatim yang kelaparan dan memberikan rotinya.

 

Pada malam itu, Rasulullah saw bermimpi melihat malaikat membentangkan sayapnya dan berkata:

 

“Orang yang telah memberikan roti itu telah diangkat derajatnya oleh Allah, dan namanya disebut-sebut di langit.”

 

➡️ Makna: Ramadan adalah waktu untuk mendapatkan kemuliaan sejati di sisi Allah dengan keikhlasan dan kasih sayang.

 

  1. Imam Ali Zainal Abidin as: “Jangan Pernah Berputus Asa di Bulan Ini”

 

(Ramadan adalah bulan ampunan, meskipun seseorang banyak berbuat dosa)

 

Seseorang datang kepada Imam Ali Zainal Abidin as dan berkata:

“Aku telah banyak berdosa, apakah ada harapan untukku?”

 

Imam menangis dan berkata:

“Bulan Ramadan adalah bulan di mana Allah mengampuni semua hamba-Nya. Jika engkau kembali kepada-Nya dengan hati yang tulus, Dia akan menerimamu.”

 

➡️ Makna: Ramadan adalah bulan di mana Allah membuka pintu ampunan bagi semua hamba-Nya, tanpa kecuali.

 

  1. Kisah Nabi Musa as dan Seorang Pendosa

 

(Ramadan adalah kesempatan untuk kembali kepada Allah)

 

Nabi Musa as pernah bertanya kepada Allah:

“Ya Allah, siapa yang paling dekat dengan-Mu di bulan Ramadan?”

 

Allah menjawab:

“Orang yang datang kepada-Ku dengan hati yang hancur karena penyesalan.”

 

➡️ Makna: Ramadan adalah waktu untuk kembali kepada Allah, tidak peduli seberapa jauh seseorang telah tersesat.

 

  1. Imam Mahdi (aj) dan Doa di Bulan Ramadan

 

(Ramadan adalah waktu untuk berdoa meminta kehadiran Imam Mahdi (aj))

 

Dikatakan bahwa Imam Mahdi (aj) selalu berdoa di bulan Ramadan untuk umat Islam:

 

“Ya Allah, selamatkan umat ini, kuatkan mereka dalam keimanan, dan berikan cahaya petunjuk-Mu kepada mereka.”

 

➡️ Makna: Ramadan adalah waktu untuk memperkuat hubungan dengan Imam Mahdi (aj) dan berdoa agar segera muncul membawa keadilan.

 

Kesimpulan:

Bulan Ramadan bukan hanya tentang puasa lahiriah, tetapi perjalanan menuju hakikat makrifat Allah, jamuan Ilahi, dan pintu menuju kemuliaan sejati.

 

Berikut 10 manfaat dari bulan Ramadan berdasarkan perspektif hakikat serta doa-doanya agar kita dapat meraih manfaat tersebut.

 

  1. Mendekatkan Diri kepada Allah (Qurb Ilahi)

 

Manfaat:

  • Ramadan adalah waktu terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah.
  • Puasa membersihkan hati dari kelalaian dan menguatkan hubungan spiritual dengan-Nya.

 

Doa:

‎اللَّهُمَّ قَرِّبْنِي فِيهِ إِلَى مَرْضَاتِكَ، وَجَنِّبْنِي فِيهِ مِنْ سَخَطِكَ وَنَقِمَاتِكَ، وَوَفِّقْنِي فِيهِ لِقِرَاءَةِ آيَاتِكَ.

 

“Ya Allah, dekatkanlah aku kepada ridha-Mu, jauhkanlah aku dari murka-Mu, dan berikanlah aku taufik untuk membaca ayat-ayat-Mu.”

 

  1. Membersihkan Jiwa dari Dosa (Tazkiyatun Nafs)

 

Manfaat:

  • Puasa membakar dosa-dosa yang telah lalu jika dilakukan dengan ikhlas.
  • Allah membuka pintu ampunan seluas-luasnya.

 

Doa:

‎اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي فِيهِ ذُنُوبِي وَطَهِّرْنِي مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُطَهِّرُ الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ.

 

“Ya Allah, ampunilah dosaku di bulan ini dan sucikanlah aku dari kesalahan, sebagaimana kain putih disucikan dari noda.”

 

  1. Membuka Pintu Makrifatullah

 

Manfaat:

  • Dengan mengurangi kesenangan duniawi, hati menjadi lebih peka terhadap cahaya Ilahi.
  • Puasa menyingkap hijab antara hamba dan Tuhannya.

 

Doa:

‎اللَّهُمَّ اكْشِفْ لِي فِيهِ أَسْرَارَ مَعْرِفَتِكَ، وَاهْدِنِي بِنُورِكَ إِلَى سَبِيلِكَ.

 

“Ya Allah, bukakanlah untukku rahasia makrifat-Mu dan bimbinglah aku dengan cahaya-Mu menuju jalan-Mu.”

 

  1. Menumbuhkan Kesabaran dan Ketenangan Jiwa

 

Manfaat:

  • Ramadan melatih kesabaran dalam menghadapi ujian hidup.
  • Orang yang sabar dalam menjalankan ibadahnya akan mendapatkan kedamaian jiwa.

 

Doa:

‎اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي فِيهِ مِنَ الصَّابِرِينَ، وَارْزُقْنِي فِيهِ سَكِينَةَ الْقَلْبِ وَرِضَاكَ.

 

“Ya Allah, jadikanlah aku di bulan ini termasuk orang-orang yang sabar, dan karuniakanlah kepadaku ketenangan hati dan ridha-Mu.”

 

  1. Menarik Cahaya Ilahi ke dalam Hati

 

Manfaat:

  • Puasa yang dilakukan dengan keikhlasan menarik cahaya Allah ke dalam hati.
  • Hati yang diterangi cahaya Ilahi akan melihat kebenaran dengan jelas.

 

Doa:

‎اللَّهُمَّ اجْعَلْ نُورَكَ فِي قَلْبِي، وَبَصِّرْنِي بِحَقَائِقِ أَمْرِكَ.

 

“Ya Allah, jadikanlah cahaya-Mu di dalam hatiku, dan bukakanlah mataku untuk melihat kebenaran-Mu.”

 

  1. Menghapus Sifat Buruk dan Menguatkan Akhlak

 

Manfaat:

  • Ramadan mendidik manusia untuk menahan amarah, iri hati, dan sifat buruk lainnya.
  • Kesabaran dan kelembutan tumbuh dalam diri.

 

Doa:

‎اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِي مِنَ الْحِقْدِ وَالْحَسَدِ، وَجَمِّلْنِي بِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ.

 

“Ya Allah, sucikanlah hatiku dari kedengkian dan iri hati, dan hiasilah diriku dengan akhlak yang terbaik.”

 

  1. Menghubungkan Hati dengan Imam Mahdi (aj)

 

Manfaat:

  • Ramadan adalah waktu terbaik untuk memperkuat hubungan dengan Imam Mahdi (aj).
  • Setiap ibadah yang dilakukan dengan ikhlas mendekatkan kita kepada pemimpin akhir zaman.

 

Doa:

‎اللَّهُمَّ عَجِّلْ فِي فَرَجِ وَلِيِّكَ، وَاجْعَلْنَا مِنْ أَنْصَارِهِ وَأَعْوَانِهِ.

 

“Ya Allah, percepatlah kemunculan pemimpin-Mu (Imam Mahdi), dan jadikanlah kami termasuk penolong dan pembelanya.”

 

  1. Menyembuhkan Penyakit Hati dan Jasmani

 

Manfaat:

  • Puasa tidak hanya menyembuhkan penyakit spiritual, tetapi juga memiliki manfaat kesehatan jasmani.
  • Banyak penyakit fisik yang disebabkan oleh makan berlebihan dan pola hidup tidak sehat.

 

Doa:

‎اللَّهُمَّ اشْفِنِي فِي هَذَا الشَّهْرِ مِنْ كُلِّ دَاءٍ، وَعَافِنِي فِي جَسَدِي وَرُوحِي.

 

“Ya Allah, sembuhkanlah aku di bulan ini dari segala penyakit, dan berikanlah kesehatan kepada tubuh dan jiwaku.”

 

  1. Membuka Pintu Rezeki yang Berkah

 

Manfaat:

  • Ramadan mengajarkan keikhlasan dan kedermawanan, yang menjadi sebab terbukanya rezeki.
  • Allah menjanjikan keberkahan bagi mereka yang bersedekah dan memberi kepada yang membutuhkan.

 

Doa:

‎اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي فِيهِ رِزْقًا طَيِّبًا، وَبَارِكْ لِي فِيهِ وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُنْفِقِينَ فِي سَبِيلِكَ.

 

“Ya Allah, berikanlah aku rezeki yang baik di bulan ini, berkahilah rezekiku, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan-Mu.”

 

  1. Menjadi Ahli Makrifat dan Kekasih Allah

 

Manfaat:

  • Puasa yang hakiki menjadikan seseorang kekasih Allah.
  • Orang yang mencapai puncak makrifat akan merasakan kehadiran Allah di setiap detik kehidupannya.

 

Doa:

‎اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ أَوْلِيَائِكَ وَمِنْ أَهْلِ مَعْرِفَتِكَ، وَأَنْعِمْ عَلَيَّ بِلِقَائِكَ.

 

“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk wali-wali-Mu dan termasuk orang-orang yang mengenal-Mu, dan berikanlah aku nikmat bertemu dengan-Mu.”

 

Kesimpulan

 

Bulan Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi kesempatan untuk mendapatkan manfaat spiritual yang sangat besar.

 

Dengan memahami hakikat Ramadan dan mengamalkan doa-doa di atas, kita bisa menjadikan Ramadan sebagai bulan perubahan menuju makrifat Allah.

 

Khotbah Rasulullah saw menyambut Romadhon

Diriwayatkan dari ayahnya yaitu sayyidil washiyyinAmiril Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s. dia berkata: “Rasulullah saw bersabda dalam khotbahnya pada suatu hari:

“Wahai Manusia, Sesungguhnya telah datang kepada-mu bulan Allah dengan barakah, rahmah dan maghfirah-Nya. Yaitu bulan yang paling mulia di sisi Allah di antara bulan-bulan yang lain. Hari-harinya adalah sebaik-baik hari, malam-malamnya adalah sebaik-baik malam, saat-saatnya adalah sebaik-baik saat, adalah bulan di mana seseorang dipanggil oleh Allah untuk menjadi tamu-tamu-Nya, dan kalian dijadikan sebagai ahli kemulian Allah. Keluar-masuk nafasmu sebagai tasbih, tidurmu sebagai ibadah, amal perbuatanmu diterima, doamu diijabah, maka mintalah dari Tuhanmu di hari-hari tersebut dengan niat yang benar, hati yang suci, semoga Allah memberi petunjuk kepada kamu dalam menjalankan puasa-Nya dan membaca kitab suci-Nya. Sesungguhnya orang yang celaka yang tidak memperoleh ampunan di bulan mulia tersebut. Jadikanlah lapar dan dahagamu di bulan ini sebagai lapar dan dahaga di hari kiamat, dan bersedekahlah kepada kaum fakir dan miskin, dan hormatilah orang-orang tuamu, dan kasihanilah anak-anak kecilmu, sambutlah tali persaudaraanmu.

Jagalah lisan-lisanmu. Jagalah pandangan matamu dari yang tidak halal, dan telingamu dari perkara yang haram engkau dengarkan, belas kasihanilah anak-anak yatim orang, maka anak-anak yatimmu akan mendapat kasih sayang, taubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu, angkatlah kedua tanganmu memanjatkan do'a dalam setiap waktu sholat, kedua itu adalah waktu yang sangat utama, Allah akan memperhatikan-Nya dengan rahmat-Nya, Allah menerima permintaan hamba-hamba-Nya dan menyambut-Nya dengan senang bila mereka memanggil-Nya dan mengabulkan mereka bila meminta-Nya.

Wahai Manusia. Sesungguhnya jiwa-jiwa kalian terga-daikan dengan amal perbuatannya, maka tebuslah dengan istighfar. Tulang punggung kalian berat karena dosa yang dipikulnya. Ringankanlah dengan memperbanyak sujud. Dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan menyiksa ahli shalat dan ahli sujud, dan ahli sholat dan ahli sujud tidak akan takut dengan api neraka di hari manusia menghadap berdiri menghadap Tuhan Alam Semesta.

Wahai manusia. Barangsiapa memberi makan orang puasa di bulan ini, maka disisi Allah pahalanya seperti memerdekakan budak dan mendapat pengampunan atas segala dosanya. Sahabat bertanya: Tidaklah semua kami mampu berbuat itu? Rasulullah menjawab: Takutlah (jaga-lah diri)  kalian dari api neraka walau dengan sebuah korma (dengan memberi buka puasa walau dengan sebuah korma dapat menyelamatkan diri dari siksa api neraka), takutlah (jagalah diri) kalian dari api neraka walau dengan seteguk air. (dengan memberi buka puasa walau dengan seteguk air minum dapat menyelamatkan diri dari siksa api neraka). Wahai Manusia. Barangsiapa di antara kalian di bulan ini memperbaiki perangainya, maka ia akan mendapatkan keberuntungannya melintas di atas shirath, di saat banyak manusia tergelincir. Barangsiapa  yang suka berbuat baik di bulan ini maka akan diringankan hisabnya, dan Barangsiapa yang menahan diri dari perbuatan jahat, Allah akan menahan marah-Nya  di hari ia menghadap-Nya. Barangsiapa memuliakan anak yatim, Allah akan memuliakannya. Barangsiapa menyambung tali persau daraan Allah akan menyambungnya dengan rahmat-Nya. Barangsiapa memutuskannya Allah akan memutuskan rahmat-Nya. Barangsiapa beribadah sunnah dengan shalat, Allah akan menulisnya bebas dari api neraka, Barangsiapa melakukan perkara wajib maka ia akan memperoleh pahala seperti ia melakukannya tujuh puluh kali di bulan yang lain, Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini maka kelak Allah akan memperberat mizannya di saat yang lain dapat ringan. Barangsiapa membaca Al-Qur'an maka ia akan memperoleh pahala seperti menghatamkannya di bulan lain.

Wahai Manusia, Sesungguhnya pintu-pintu surga di bulan ini terbuka, maka mohonlah kepada Allah semoga tidak tertutup untuk kalian dan pintu neraka tertutup, dan mintalah kepada Allah agar tidak terbuka untuk kalian, dan sesungguhnya para syetan juga terbelenggu, maka mintalah kepada Allah agar tidak menguasai kalian.

Kemudian Imam Ali a.s. bertanya; “Ya Rasulullah perbuatan apa yang paling utama dilakukan di bulan ini? Rasulullah menjawab, Ya Abal Hasan, amal perbuatan yang paling utama adalah menjaga diri dari larangan-larangan Allah Swt.

Kemudian Rasulullah saw menangis, aku bertanya apa yang menyebabkan engkau menangis beliau bersabda:” Ya Ali, aku menangis karena seorang yang menghalalkan dirimu di bulan ini, seakan aku menyertaimu saat itu engkau sedang sholat menghadap Rabbmu. Tiba-tiba muncullah seorang yang paling celaka dari generasi terdahulu dan terakhir (seperti pembunuh Unta Nabi Sholeh). Dengan pedangnya ia menghantam kepalamu sehingga jenggotmu bersimbah darah. Berkata Amiril mukminin, “Wahai Rasulullah, apakah saat itu agamaku selamat? Nabi menjawab;”Ya, agamamu selamat”.

Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: ”Ya Ali barangsiapa membunuhmu seakan membunuhku, barang-siapa yang memarahimu seakan memarahiku, yang mencacimu seakan mencaciku karena engkau bagaikan diriku, ruhmu dari ruhku, tanahmu dari tanahku, Allah Tabaroka wa Ta’ala menciptakan aku dan menciptakan-mu, memilihku dan memilihmu, memilihku menjadi Nabi dan memilihmu menjadi Imam, yang mengingkari keimamanmu maka dia mengingkari kenabianku, Ya Ali engkau pemegang wasiatku, engkau ayah dari anakku, engkau suami dari putriku, engkau kholifahku atas ummatku pada masa hidup dan matiku, perintahmu perintahku, laranganmu, laranganku, aku bersumpah dengan Yang Mengutusku menjadi Nabi yang menjadikan daku sebaik-baiknya manusia sesungguhnya engkau adalah hujjah Allah atas makhluk-Nya, pengamannya dalam kejahatannya kholifah-Nya atas hamba-Nya.”    (Dikutib dari Kitab ‘Uyunul Akhbarkarya Syeikh Shoduq, jilid I, hal. 295-297).

*Penulis adalah Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran


Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment