Makna Surga Berada di Telapak Kaki Ibu (Bagian Pertama)

Supa Athana - Entertainment
15 February 2025 10:36
Konsep “surga di bawah telapak kaki ibu” selaras dengan ajaran Al-Qur’an yang menempatkan ibu dalam posisi yang sangat mulia. Menghormati, mencintai, dan berbakti kepada ibu bukan hanya membawa berkah di dunia, tetapi juga menjadi jalan menuju surga.
Oleh: Muhammad Taufiq Ali Yahya*
 
Ungkapan “Surga berada di bawah telapak kaki ibu” berasal dari hadis Nabi Muhammad ﷺ yang menekankan pentingnya berbakti kepada ibu. Berikut adalah 10 makna dari ungkapan ini:
1.Kedudukan Tinggi Ibu dalam Islam
Islam memberikan posisi istimewa kepada ibu sebagai sosok yang paling layak dihormati dan dimuliakan.
2.Pintu Masuk ke Surga
Berbakti kepada ibu adalah salah satu jalan utama menuju surga, sebagaimana banyak disebut dalam hadis.
3.Pengorbanan Ibu yang Luar Biasa
Seorang ibu mengandung, melahirkan, menyusui, dan membesarkan anak dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
4.Keutamaan Berbakti kepada Orang Tua
Allah dan Rasul-Nya memerintahkan untuk selalu berbuat baik kepada orang tua, terutama ibu.
5.Doa Ibu yang Mustajab
Doa ibu memiliki kekuatan besar, baik dalam membawa keberkahan maupun menghindarkan anak dari keburukan.
6.Ridha Ibu adalah Ridha Allah
Jika seorang ibu ridha kepada anaknya, maka Allah juga akan meridhainya.
7.Perintah Berbuat Baik dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an berkali-kali menekankan kewajiban menghormati ibu, seperti dalam Surah Luqman ayat 14.
8.Ujian Kesabaran dan Keikhlasan
Menghormati dan merawat ibu, terutama saat lanjut usia, adalah ujian bagi anak dalam menunjukkan kesabaran dan keikhlasan.
9.Timbal Balik Kebaikan
Siapa yang berbakti kepada ibunya, maka kelak akan mendapatkan anak yang berbakti kepadanya pula.
10.Mengajarkan Nilai Kasih Sayang
Menghormati ibu melatih seseorang untuk lebih peka, lembut, dan penuh kasih dalam menjalani kehidupan.
 
Kesimpulannya, ungkapan ini mengajarkan bahwa kebahagiaan dan keberuntungan seseorang, baik di dunia maupun di akhirat, sangat bergantung pada bagaimana ia memperlakukan ibunya.
 
Dalam Al-Qur’an, konsep “surga di bawah telapak kaki ibu” tidak disebutkan secara langsung, tetapi banyak ayat yang menekankan pentingnya berbakti kepada ibu dan orang tua. Berikut adalah beberapa makna berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an:
 
1. Kewajiban Berbakti kepada Ibu dan Orang Tua
Allah memerintahkan manusia untuk berbuat baik kepada orang tua, terutama ibu, dalam banyak ayat.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.”
(QS. Luqman: 14)
 
2. Larangan Berkata Kasar kepada Ibu
Bahkan sekadar berkata “ah” atau menunjukkan sikap tidak hormat kepada orang tua dilarang oleh Allah.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah engkau mengatakan kepada mereka ‘ah’ dan janganlah engkau membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”(QS. Al-Isra’: 23)
 
3. Perjuangan Ibu Melahirkan dan Mendidik Anak
Al-Qur’an menegaskan bahwa ibu mengalami kesulitan besar saat mengandung, melahirkan, dan menyusui anaknya, sehingga ia berhak mendapat penghormatan khusus.
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan…”(QS. Al-Ahqaf: 15)
 
4. Kunci Keberkahan Hidup
Ridha ibu akan mendatangkan ridha Allah, dan hal ini menjadi sebab seseorang mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, sayangilah mereka keduanya sebagaimana mereka telah mendidikku waktu kecil.’”
(QS. Al-Isra’: 24)
 
5. Anak yang Durhaka akan Mendapat Azab
Al-Qur’an juga mengingatkan bahwa durhaka kepada ibu dan orang tua bisa membawa azab dan kerugian besar.
“Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, ‘Ah,’ apakah kamu berdua hendak mengancamku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal telah berlalu beberapa generasi sebelumku?’ Maka kedua orang tuanya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya berkata, ‘Celakalah kamu! Berimanlah! Sesungguhnya janji Allah itu benar.’ Tetapi dia berkata, ‘Ini hanyalah dongeng orang-orang dahulu.’”(QS. Al-Ahqaf: 17)
 
Kesimpulan
Dari ayat-ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep “surga di bawah telapak kaki ibu” selaras dengan ajaran Al-Qur’an yang menempatkan ibu dalam posisi yang sangat mulia. Menghormati, mencintai, dan berbakti kepada ibu bukan hanya membawa berkah di dunia, tetapi juga menjadi jalan menuju surga.
 
6. Ibu sebagai Ujian Keimanan
Allah menguji manusia dengan orang tua, termasuk ibu, untuk melihat sejauh mana seorang anak berbakti dan bersabar dalam merawat mereka.
“Dan Kami menguji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk agar mereka kembali (kepada kebenaran).”(QS. Al-A’raf: 168)
 
Berbakti kepada ibu, terutama saat ia sudah tua dan lemah, adalah ujian yang menentukan nilai keimanan seseorang.
 
7. Keutamaan Ibu Melebihi Ayah dalam Pengorbanan
Dalam beberapa ayat, Al-Qur’an lebih menonjolkan peran ibu dibanding ayah, terutama dalam hal pengorbanan fisik dan emosional.
“Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun…”
(QS. Luqman: 14)
Ayat ini menunjukkan bahwa pengorbanan ibu dalam mengandung dan menyusui adalah alasan utama mengapa ia lebih diutamakan dalam penghormatan.
 
8. Ibu sebagai Penyebab Kesuksesan Anak
Anak yang berbakti kepada ibunya akan mendapatkan doa dan ridha yang bisa membuka pintu kesuksesan dan kebahagiaan di dunia serta akhirat.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Berbakti kepada ibu bisa menjadi faktor perubahan nasib seseorang menuju kebaikan.
 
9. Ibu sebagai Motivasi dalam Ketaatan kepada Allah
Menghormati ibu tidak hanya sekadar membalas jasanya, tetapi juga bentuk ketaatan kepada Allah.
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya…”(QS. Al-Ankabut: 8)
Jika ibu mengajarkan kebaikan dan mendidik anak dalam ketakwaan, maka berbakti kepadanya adalah bagian dari ketaatan kepada Allah.
 
10. Berbakti kepada Ibu Sebagai Amalan yang Dicintai Allah
Dalam Islam, salah satu amalan yang paling dicintai Allah setelah shalat adalah berbakti kepada orang tua, terutama ibu.
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua…”(QS. An-Nisa: 36)
Allah menyandingkan perintah menyembah-Nya dengan berbakti kepada orang tua, menunjukkan betapa agungnya kedudukan ibu dalam Islam.
 
Kesimpulan Akhir
Jelas bahwa konsep “Surga di bawah telapak kaki ibu” bukan hanya sekadar ungkapan, tetapi memiliki dasar kuat dalam Al-Qur’an. Menghormati dan merawat ibu bukan hanya bentuk balas budi, tetapi juga bagian dari ibadah yang dapat menjadi jalan menuju surga.
 
Dalam hadis, konsep “Surga di bawah telapak kaki ibu” memiliki dasar yang kuat. Berikut adalah beberapa hadis yang menjelaskan maknanya:
1. Hadis Langsung: “Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu”
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Surga itu berada di bawah telapak kaki ibu.”
(HR. Ahmad, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah)
Hadis ini menunjukkan bahwa salah satu jalan utama menuju surga adalah dengan berbakti kepada ibu.
 
2. Ibu Lebih Berhak Mendapatkan Kebaikan
Seorang sahabat bertanya kepada Nabi ﷺ:”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk aku perlakukan dengan baik?”
Rasulullah ﷺ menjawab: “Ibumu.”
Lalu sahabat itu bertanya lagi: “Kemudian siapa?”
Beliau menjawab: “Ibumu.”
Sahabat itu bertanya lagi: “Kemudian siapa?”
Beliau menjawab: “Ibumu.”
Sahabat itu bertanya lagi: “Kemudian siapa?”
Beliau menjawab: “Ayahmu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa ibu memiliki tiga kali lipat hak lebih besar untuk dihormati dibanding ayah.
 
3. Berbakti kepada Ibu Sebagai Jalan Menuju Surga
Dalam hadis lain, Nabi ﷺ bersabda:
“Sungguh hina, sungguh hina, sungguh hina!”
Para sahabat bertanya: “Siapa, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Orang yang mendapati kedua orang tuanya masih hidup, atau salah satunya, namun ia tidak masuk surga (karena tidak berbakti kepada mereka).”
(HR. Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa kesempatan berbakti kepada ibu (dan ayah) adalah peluang besar untuk masuk surga.
 
4. Ridha Allah Bergantung pada Ridha Ibu
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban)
Ibu sebagai orang tua memiliki kedudukan penting, dan kebahagiaan seseorang di dunia dan akhirat bergantung pada bagaimana ia memperlakukan ibunya.
 
5. Dosa Besar: Durhaka kepada Ibu
Nabi ﷺ bersabda:”Maukah kalian aku beritahu dosa yang paling besar?”
Para sahabat menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah.”
Rasulullah ﷺ bersabda: ”(1) Menyekutukan Allah, (2) Durhaka kepada kedua orang tua.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa durhaka kepada ibu adalah salah satu dosa besar yang setara dengan syirik.
 
Kesimpulan
Dari hadis-hadis di atas, makna “Surga di bawah telapak kaki ibu” adalah:
1.Berbakti kepada ibu adalah jalan utama menuju surga.
2.Ibu lebih berhak dihormati dibanding ayah.
3.Orang yang tidak berbakti kepada ibu terancam tidak masuk surga.
4.Ridha Allah tergantung pada ridha ibu.
5.Durhaka kepada ibu termasuk dosa besar.
Jadi, Islam menempatkan ibu dalam kedudukan yang sangat tinggi, dan menghormatinya adalah kunci kebahagiaan dunia dan akhirat.
 
6. Doa Ibu Sangat Mustajab
Rasulullah ﷺ bersabda:”Tiga doa yang mustajab tanpa ada keraguan di dalamnya: doa orang tua untuk anaknya, doa orang yang terzalimi, dan doa musafir.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Seorang ibu memiliki doa yang sangat mustajab, baik doa kebaikan maupun doa keburukan. Oleh karena itu, berbakti kepada ibu akan membawa keberkahan dalam hidup.
 
7. Kesempatan Besar Meraih Surga
Seorang sahabat datang kepada Rasulullah ﷺ dan berkata:
“Wahai Rasulullah, aku ingin berjihad di jalan Allah.”
Nabi bertanya: “Apakah ibumu masih hidup?”
Ia menjawab: “Ya.”
Nabi bersabda: “Berbaktilah kepadanya, karena surga ada di bawah kedua kakinya.”
(HR. An-Nasa’i dan Ibnu Majah)
Hadis ini menunjukkan bahwa berbakti kepada ibu lebih utama daripada jihad di medan perang dalam beberapa kondisi.
 
8. Ibu Adalah Penyebab Ampunan Allah
Dikisahkan dalam hadis bahwa ada seseorang yang datang kepada Nabi ﷺ dan berkata:
“Aku telah melakukan dosa besar, apakah aku bisa bertaubat?”
Nabi ﷺ bertanya: “Apakah ibumu masih hidup?”
Ia menjawab: “Tidak.”
Nabi bersabda: “Apakah engkau masih memiliki bibi (saudara perempuan ibumu)?”
Ia menjawab: “Ya.”
Nabi berkata: “Maka berbaktilah kepadanya.”
(HR. Tirmidzi dan Al-Hakim)
Hadis ini menunjukkan bahwa berbakti kepada ibu (atau saudara perempuannya jika ibu sudah tiada) bisa menjadi sebab pengampunan dosa.
 
9. Menyebabkan Hidup Panjang dan Diberkahi
Rasulullah ﷺ bersabda:”Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, maka hendaklah ia berbakti kepada orang tuanya dan menyambung silaturahmi.”HR. Ahmad dan Bukhari)
Hadis ini menunjukkan bahwa berbakti kepada ibu bukan hanya mendatangkan pahala di akhirat, tetapi juga membawa keberkahan hidup di dunia.
 
10. Kesuksesan di Dunia Bergantung pada Ridha Ibu
Dikisahkan dalam hadis bahwa ada seorang pemuda bernama Alqamah yang dalam keadaan sakaratul maut, tetapi tidak bisa mengucapkan syahadat. Rasulullah ﷺ bertanya kepada ibunya apakah ia meridhai anaknya, tetapi sang ibu menjawab bahwa ia masih marah karena anaknya lebih mencintai istrinya daripada dirinya. Setelah ibu itu memaafkannya, barulah Alqamah bisa mengucapkan syahadat dan meninggal dalam keadaan husnul khatimah.(HR. Ahmad, Thabrani, dan Hakim)
Hadis ini menunjukkan bahwa ridha ibu sangat berpengaruh dalam kehidupan dan akhir hayat seseorang.
 
Dari tambahan hadis-hadis ini, dapat disimpulkan bahwa:
1.Doa ibu sangat mustajab, baik doa kebaikan maupun keburukan.
2.Berbakti kepada ibu lebih utama daripada jihad dalam beberapa kondisi.
3.Berbakti kepada ibu bisa menjadi sebab diampuninya dosa besar.
4.Orang yang berbakti kepada ibu akan mendapatkan umur panjang dan rezeki yang luas.
5.Ridha ibu menentukan keberhasilan seseorang, baik di dunia maupun akhirat.
Semakin jelas bahwa konsep “Surga di bawah telapak kaki ibu” memiliki dasar yang kuat dalam hadis, dan berbakti kepada ibu adalah salah satu amalan yang paling utama dalam Islam.
Dalam riwayat Ahlul Bayt, banyak hadis yang menekankan keutamaan berbakti kepada ibu dan orang tua. Berikut adalah 10 hadis dari Ahlul Bayt tentang ibu dan pentingnya berbakti kepadanya:
 
1. Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu
Imam Ali bin Abi Thalib (as) berkata:
“Berbakti kepada ibu adalah sebab masuk surga, dan durhaka kepadanya adalah sebab masuk neraka.”
(Ghurar al-Hikam, hadis 10203)
 
2. Ibu Lebih Berhak dari Ayah
Imam Ja’far Shadiq (as) berkata:
“Seorang lelaki datang kepada Nabi ﷺ dan bertanya: ‘Siapakah yang lebih berhak atas kebaikanku?’ Nabi menjawab: ‘Ibumu.’ Orang itu bertanya lagi: ‘Lalu siapa?’ Nabi menjawab: ‘Ibumu.’ Lalu siapa? Nabi menjawab: ‘Ibumu.’ Kemudian siapa? Nabi menjawab: ‘Ayahmu.’”
(Al-Kafi, jilid 2, hal. 162)
 
3. Berbakti kepada Ibu Dapat Menghapus Dosa
Seorang pria datang kepada Imam Ja’far Shadiq (as) dan berkata bahwa ia telah berbuat dosa besar. Imam bertanya:”Apakah ibumu masih hidup?”
Ia menjawab: “Tidak.”
Imam berkata: “Kalau begitu, berbaktilah kepada bibimu (saudara perempuan ibumu), karena itu dapat menghapus dosamu.”
(Al-Kafi, jilid 2, hal. 130)
 
4. Ridha Allah Ada dalam Ridha Ibu
Imam Ali Zainal Abidin (as) dalam Risalah al-Huquq berkata:
“Hak ibumu atasmu adalah engkau mengetahui bahwa ia telah mengandungmu dengan kesusahan, melahirkanmu dengan kesakitan, dan merawatmu dengan kasih sayang. Maka bersyukurlah kepadanya, karena ridha Allah bergantung pada ridha ibumu.”
(Risalah al-Huquq, hak ke-2)
 
5. Berbuat Baik kepada Ibu Memperpanjang Umur
Imam Ja’far Shadiq (as) berkata:
“Barang siapa yang ingin umurnya panjang dan rezekinya bertambah, hendaklah ia berbuat baik kepada ibu dan ayahnya.”
(Wasail al-Shia, jilid 21, hal. 492)
 
6. Doa Ibu Lebih Cepat Dikabulkan
Imam Musa Al-Kazim (as) berkata:
“Doa ibu untuk anaknya lebih cepat dikabulkan daripada doa siapa pun, karena kasih sayangnya yang tulus.”Bihar al-Anwar, jilid 71, hal. 84)
 
7. Meninggikan Suara kepada Ibu Termasuk Durhaka
Imam Ja’far Shadiq (as) berkata:
“Barang siapa yang berkata ‘ah’ kepada ibunya, maka ia telah termasuk orang yang durhaka.”
(Al-Kafi, jilid 2, hal. 348)
 
8. Memandang Ibu dengan Kasih Sayang Mendapat Pahala Haji
Seorang sahabat bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq (as):
“Apakah ada pahala bagi seseorang yang hanya sekadar memandang ibunya dengan kasih sayang?”
Imam menjawab: “Demi Allah, setiap pandangan itu akan dicatat sebagai pahala ibadah haji yang diterima.”
(Bihar al-Anwar, jilid 74, hal. 80)
 
9. Jauhnya Surga bagi yang Durhaka kepada Ibu
Rasulullah ﷺ bersabda kepada Imam Ali (as):”Wahai Ali, jauhilah durhaka kepada ibu, karena wangi surga bisa tercium dari jarak 500 tahun perjalanan, tetapi tidak akan tercium oleh orang yang durhaka kepada ibunya.”
(Bihar al-Anwar, jilid 74, hal. 73)
 
10. Hak Ibu yang Tidak Bisa Terbalas
Seorang lelaki bertanya kepada Imam Ali bin Husain Zainal Abidin (as):”Aku telah menggendong ibuku berkeliling Ka’bah dalam ibadah haji, apakah aku telah membalas jasanya?”
Imam menjawab: “Tidak, bahkan engkau belum bisa membalas satu tarikan nafasnya saat ia melahirkanmu.”
(Bihar al-Anwar, jilid 71, hal. 85)
 
Kesimpulan
Dari hadis-hadis Ahlul Bayt ini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran:
1.Berbakti kepada ibu adalah jalan menuju surga.
2.Ibu memiliki kedudukan lebih tinggi daripada ayah dalam hal kasih sayang dan pengorbanan.
3.Berbuat baik kepada ibu dapat menghapus dosa dan memperpanjang umur.
4.Doa ibu sangat mustajab dan dapat membawa keberkahan hidup.
5.Bahkan sekadar memandang ibu dengan kasih sayang pun mendapatkan pahala besar.
Dengan memahami hadis-hadis ini, jelas bahwa Islam sangat menekankan pentingnya berbakti kepada ibu, dan mengabaikan hak ibu dapat membawa seseorang kepada kerugian besar di dunia maupun akhirat.
 
Para mufasir juga banyak membahas makna “Surga di bawah telapak kaki ibu” berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis. Berikut adalah penjelasan dari beberapa mufasir terkemuka:
 
1. Tafsir Al-Mizan (Allamah Thabathabai)
Dalam Tafsir Al-Mizan, Allamah Thabathabai menafsirkan QS. Al-Isra: 23-24, yang berbunyi:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua…”
Beliau menjelaskan bahwa ibadah kepada Allah dan berbakti kepada orang tua disebut dalam satu ayat, menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua adalah ibadah yang sangat besar. Ibu memiliki keutamaan lebih karena mengandung, melahirkan, dan menyusui, sehingga wajar jika Nabi ﷺ mengatakan, “Surga di bawah telapak kaki ibu.”
 
2. Tafsir Fakhruddin Ar-Razi (Mafatih al-Ghayb)
Fakhruddin Ar-Razi, dalam Tafsir Mafatih al-Ghayb, menafsirkan QS. Luqman: 14:
“Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun…”
Beliau menjelaskan bahwa kesabaran seorang ibu dalam membesarkan anaknya tidak bisa dibandingkan dengan peran ayah. Itulah sebabnya hak ibu tiga kali lebih besar daripada ayah dalam hadis Rasulullah ﷺ. Ia menekankan bahwa berbakti kepada ibu adalah jalan menuju surga, sementara durhaka kepada ibu bisa menyebabkan kesengsaraan di dunia dan akhirat.
 
3. Tafsir Ibnu Katsir
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, saat menafsirkan QS. Al-Ahqaf: 15:
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah…”
 
Beliau menyatakan bahwa Allah secara khusus menyebut kesulitan ibu dalam kehamilan dan persalinan sebagai alasan utama mengapa ibu harus lebih dihormati daripada ayah. Berbakti kepada ibu akan membawa keberkahan dalam hidup dan membuka pintu surga, sesuai dengan hadis Nabi ﷺ.
 
4. Tafsir Ruhul Ma’ani (Al-Alusi)
Al-Alusi dalam Tafsir Ruhul Ma’ani menafsirkan QS. An-Nisa: 36:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua…”
 
Ia menafsirkan bahwa menghormati ibu dan ayah adalah bagian dari tauhid praktis, karena tidak mungkin seseorang mengaku mencintai Allah tetapi durhaka kepada ibu yang menjadi sebab keberadaannya di dunia. Ia juga menyebutkan kisah Uwais Al-Qarni, seorang sahabat yang dijamin masuk surga karena baktinya kepada ibunya.
 
5. Tafsir As-Sa’di
Dalam Tafsir As-Sa’di, ketika menafsirkan QS. Al-Isra: 23, beliau menekankan bahwa bakti kepada ibu bukan sekadar kewajiban, tetapi juga jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Ia mengaitkan hadis “Surga di bawah telapak kaki ibu” dengan konsep rahmat dan kasih sayang, di mana seseorang tidak akan merasakan rahmat Allah jika ia tidak menghormati ibunya.
An artistic illustration depicting the Islamic proverb 'Paradise lies under the feet of mothers' (الجنة تحت أقدام الأمهات). The scene shows a mother sitting gracefully, with a soft golden glow around her feet, symbolizing paradise. The background is warm and ethereal, resembling a heavenly atmosphere. The Arabic calligraphy of the proverb is elegantly integrated into the image, harmonizing with the composition. The style is a mix of traditional Islamic art and modern digital painting.
 "Sorga di bawah telapak kaki ibu" (الجنة تحت أقدام الأمهات)
Kesimpulan
Dari tafsir para ulama ini, dapat disimpulkan bahwa:
1.Al-Qur’an selalu menghubungkan tauhid dengan berbakti kepada orang tua, menunjukkan bahwa bakti kepada ibu adalah ibadah yang agung.
2.Ibu lebih ditekankan dibanding ayah dalam beberapa ayat, karena perjuangannya yang lebih besar dalam melahirkan dan membesarkan anak.
3.Hadis “Surga di bawah telapak kaki ibu” sejalan dengan tafsir ayat-ayat yang menekankan keutamaan ibu.
4.Durhaka kepada ibu termasuk dosa besar yang bisa menyebabkan kehancuran di dunia dan akhirat.
5.Bakti kepada ibu bisa membawa keberkahan hidup dan menghapus dosa.
 
Dengan demikian, para mufasir mendukung dan menguatkan hadis “Surga di bawah telapak kaki ibu” melalui penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an.
 
Para mufasir dari Ahlul Bayt juga memberikan penafsiran mendalam tentang makna “Surga di bawah telapak kaki ibu”, dengan merujuk pada ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis dari Rasulullah ﷺ serta para Imam Ahlul Bayt (as). Berikut adalah beberapa penjelasan dari mufasir Ahlul Bayt:
 
1. Tafsir Al-Mizan (Allamah Thabathabai)
Dalam Tafsir Al-Mizan, saat menafsirkan QS. Al-Isra: 23-24, Allamah Thabathabai menjelaskan:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua…”
•Tauhid dan berbakti kepada orang tua disebut dalam satu ayat, menandakan bahwa keduanya saling berkaitan.
•Kata ‘ihsan’ (berbuat baik) dalam ayat ini mencakup segala bentuk kebaikan, baik dalam ucapan, sikap, maupun perbuatan.
•Ibu disebut lebih utama karena perjuangannya dalam mengandung, melahirkan, dan menyusui, yang tidak bisa dibandingkan dengan peran ayah.
Allamah juga menyebutkan bahwa berbakti kepada ibu adalah bentuk penyempurnaan akhlak dan makrifat kepada Allah, karena rahmat Allah tercermin dalam kasih sayang ibu kepada anaknya.
 
2. Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn (Syaikh Abdul Ali Al-Huwaizi)
Dalam tafsirnya terhadap QS. Luqman: 14:
“Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun…”
Syaikh Al-Huwaizi mengutip riwayat dari Imam Ja’far Shadiq (as):
“Barang siapa yang berbakti kepada ibunya, Allah akan menambah umurnya dan melapangkan rezekinya.”
(Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn, jilid 4, hal. 176)
Dari tafsir ini, dapat dipahami bahwa bakti kepada ibu memiliki dampak langsung terhadap keberkahan hidup seseorang di dunia, selain sebagai jalan menuju surga.
 
3. Tafsir Al-Burhan (Syaikh Al-Bahrani)
Dalam Tafsir Al-Burhan, saat menjelaskan QS. Al-Ahqaf: 15, Syaikh Al-Bahrani mengutip riwayat dari Imam Ali Zainal Abidin (as):
“Hak ibumu atasmu adalah engkau mengetahui bahwa ia telah mengandungmu dengan kesusahan, melahirkanmu dengan kesakitan, dan merawatmu dengan kasih sayang. Maka bersyukurlah kepadanya, karena ridha Allah bergantung pada ridha ibumu.”
(Tafsir Al-Burhan, jilid 4, hal. 269)
Dari sini, jelas bahwa ridha Allah terletak pada ridha ibu, yang sejalan dengan hadis Nabi ﷺ:
“Surga di bawah telapak kaki ibu.”
 
4. Tafsir Al-Kasyaf (Az-Zamakhsyari - Tafsir Mu’tazilah yang banyak dikutip ulama Syiah)
Dalam tafsirnya terhadap QS. An-Nisa: 36:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua…”
Az-Zamakhsyari menjelaskan bahwa berbakti kepada ibu adalah bagian dari penyempurnaan tauhid, karena tidak ada yang lebih mencerminkan kasih sayang Ilahi selain kasih sayang ibu kepada anaknya.
Ia juga mengutip kisah Uwais Al-Qarni, seorang sahabat yang dijamin masuk surga karena baktinya kepada ibunya, meskipun ia tidak pernah bertemu langsung dengan Nabi ﷺ.
 
5. Tafsir Al-Mahasin (Ahmad bin Muhammad Al-Barqi)
Dalam kitabnya, Al-Barqi mengutip riwayat dari Imam Musa Al-Kazim (as):”Doa ibu untuk anaknya lebih cepat dikabulkan daripada doa siapa pun, karena kasih sayangnya yang tulus.”(Al-Mahasin, jilid 2, hal. 225)
Dari sini, kita memahami bahwa ibu adalah pintu rahmat dan keberkahan, dan berbakti kepadanya adalah cara untuk mendapatkan ridha Allah dan surga.
 
Kesimpulan
Dari tafsir para mufasir Ahlul Bayt, kita dapat menarik beberapa kesimpulan:
1.Tauhid dan berbakti kepada ibu saling berkaitan → Karena kasih sayang ibu adalah refleksi dari rahmat Allah.
2.Ibu memiliki kedudukan lebih tinggi daripada ayah → Karena perjuangannya dalam mengandung, melahirkan, dan membesarkan anak.
3.Berbakti kepada ibu membawa berkah dalam hidup → Seperti panjang umur dan rezeki yang luas.
4.Doa ibu sangat mustajab → Sehingga ridha ibu dapat menentukan kebahagiaan anak di dunia dan akhirat.
5.Durhaka kepada ibu menyebabkan kesengsaraan → Sebagaimana dijelaskan dalam banyak riwayat dari Imam Ahlul Bayt.
Dengan demikian, hadis “Surga di bawah telapak kaki ibu” memiliki dasar yang kuat dalam tafsir Ahlul Bayt, baik dari segi ayat Al-Qur’an maupun riwayat para Imam.
 
6. Tafsir As-Safi (Mulla Muhsin Al-Faidh Al-Kasyani)
Dalam Tafsir As-Safi, saat menafsirkan QS. Al-Isra: 23-24, beliau menekankan bahwa setiap bentuk penghinaan kepada ibu, bahkan hanya dengan kata “ah”, sudah termasuk dosa besar.
Beliau mengutip hadis dari Imam Ja’far Shadiq (as):
“Jika Allah mengizinkan ada sesuatu yang lebih rendah dari kata ‘ah’ dalam durhaka kepada orang tua, niscaya Dia akan melarangnya.”
(Tafsir As-Safi, jilid 3, hal. 233)
Dari sini, berbakti kepada ibu adalah kewajiban yang mutlak, dan sekecil apa pun tindakan yang menyakiti ibu bisa menjadi penghalang masuk surga.
 
7. Tafsir Al-Amtsal (Ayatullah Nasir Makarim Shirazi)
Dalam tafsirnya terhadap QS. Luqman: 14, Ayatullah Makarim Shirazi menjelaskan bahwa pengorbanan ibu dalam mengandung dan menyusui adalah bukti kasih sayang Ilahi.
Beliau juga mengutip riwayat dari Imam Ali (as):
“Jika ada seseorang yang ingin masuk surga tanpa hisab, maka hendaklah ia berbakti kepada ibunya.”
(Tafsir Al-Amtsal, jilid 8, hal. 127)
Kesimpulannya, surga bukan hanya sebagai balasan bagi yang berbakti kepada ibu, tetapi juga bisa menjadi jaminan keselamatan di akhirat tanpa perhitungan amal yang sulit.
 
8. Tafsir Bayan As-Sa’adah (Syaikh Abdullah Al-Bahrani)
Dalam tafsirnya terhadap QS. Al-Ahqaf: 15, beliau menekankan bahwa kasih sayang seorang ibu adalah refleksi dari rahmat Allah di dunia.
Ia mengutip riwayat dari Imam Ali Zainal Abidin (as) yang mengatakan dalam Risalah al-Huquq:
“Hak ibumu atasmu adalah engkau tidak boleh lupa bahwa ia adalah sebab keberadaanmu, dan tanpanya, engkau tidak akan pernah ada.”(Tafsir Bayan As-Sa’adah, jilid 6, hal. 142)
Dari tafsir ini, berbakti kepada ibu adalah cara untuk mengenal dan mensyukuri nikmat Allah, yang membawa seseorang lebih dekat kepada surga.
 
9. Tafsir Al-Kafi Syarh Ushul Al-Kafi (Allamah Al-Majlisi)
Allamah Al-Majlisi dalam Tafsir Al-Kafi Syarh Ushul Al-Kafi menjelaskan QS. An-Nisa: 36, dengan menekankan bahwa ketaatan kepada ibu adalah salah satu bentuk penyempurnaan akhlak.
Beliau mengutip hadis dari Imam Musa Al-Kazim (as):
“Seorang anak yang tidak pernah membantah ibunya dan selalu membuatnya ridha, Allah akan mencatatnya sebagai penghuni surga.”(Bihar Al-Anwar, jilid 74, hal. 81)
Dari sini, kunci surga bukan hanya dalam bentuk ibadah formal, tetapi juga dalam cara seseorang memperlakukan ibunya.
 
10. Tafsir Minhaj As-Sadiqin (Mulla Fathullah Al-Kashani)
Dalam tafsirnya terhadap QS. Al-Isra: 23-24, beliau menjelaskan bahwa istilah “Surga di bawah telapak kaki ibu” menunjukkan betapa besar pengaruh ibu dalam menentukan nasib akhirat anaknya.
Beliau mengutip hadis dari Rasulullah ﷺ:”Barang siapa yang ingin hidup bahagia dan mati dalam keadaan husnul khatimah, hendaklah ia berbakti kepada ibunya.”(Tafsir Minhaj As-Sadiqin, jilid 5, hal. 99)
Dari tafsir ini, bakti kepada ibu tidak hanya menjamin surga, tetapi juga menjamin kebahagiaan di dunia dan akhirat.
 
Kita bisa memahami beberapa poin penting:
1.Berbakti kepada ibu adalah ibadah yang bisa menghapus dosa dan mempermudah masuk surga.
2.Setiap bentuk durhaka, sekecil apa pun, bisa menjadi penghalang surga.
3.Ridha ibu adalah jaminan keselamatan di akhirat tanpa hisab.
4.Kasih sayang ibu adalah manifestasi dari rahmat Allah di dunia.
5.Seseorang yang ingin hidup bahagia dan mati dalam keadaan husnul khatimah harus berbakti kepada ibunya.
Dengan demikian, tafsir dari mufasir Ahlul Bayt menguatkan hadis “Surga di bawah telapak kaki ibu” sebagai kunci utama kebahagiaan dunia dan akhirat.
 
Para ahli makrifat dan hakikat dalam Islam, terutama dari kalangan arif billah dan sufi, memandang “Surga di bawah telapak kaki ibu” bukan hanya sebagai perintah lahiriah untuk berbakti kepada ibu, tetapi juga sebagai jalan menuju penyempurnaan ruhani. Berikut adalah 10 makna menurut ahli makrifat dan hakikat, terutama dari perspektif Irfan dan tasawuf:
 
1. Ibu sebagai Manifestasi Rahmat Ilahi
Menurut para arif, ibu adalah manifestasi dari rahmat Allah di dunia.
•Ibn Arabi dalam Futuhat al-Makkiyyah menjelaskan bahwa kasih sayang ibu adalah refleksi dari sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim Allah.
•Surga berada di bawah telapak kaki ibu berarti seseorang hanya bisa mencapai surga jika ia memahami dan menghormati sumber kasih sayang yang diberikan Allah kepadanya di dunia.
 
2. Ibu sebagai Simbol Wujud (Eksistensi)
Dalam filsafat Irfan, ibu adalah pintu keberadaan (wujud) bagi seorang anak.
•Mulla Sadra, dalam teori “Asal Kewujudan” (Ashalat al-Wujud), menyatakan bahwa keberadaan seseorang tidak terpisah dari keberadaan ibunya.
•Maka, berbakti kepada ibu berarti menghormati asal-usul wujud seseorang, dan seseorang yang memutus hubungan ini, akan terhalang dari kesempurnaan spiritual.
 
3. Makna Batiniah “Telapak Kaki”
Menurut para ahli hakikat, “telapak kaki ibu” adalah simbol kerendahan hati dan ketundukan.
•Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi menafsirkan bahwa “telapak kaki” melambangkan penghambaan.
•Seorang anak yang meletakkan dirinya di bawah telapak kaki ibunya berarti ia melepaskan ego dan nafsunya, sehingga terbuka jalan menuju makrifat dan surga hakiki.
 
4. Ibu sebagai Simbol Nafas Rahmani
Dalam ajaran tasawuf, Allah menciptakan dunia melalui Nafas Rahmani-Nya.
•Syaikh Abdul Karim Al-Jili menyebut bahwa ibu adalah perwujudan Nafas Rahmani karena ia melahirkan, membesarkan, dan merawat anak dengan cinta yang tak bersyarat.
•Berbakti kepada ibu berarti menyadari dan menghormati Nafas Rahmani Allah yang bekerja dalam hidup seseorang, yang pada akhirnya mengantarkan kepada surga.
 
5. Surga sebagai Simbol Kedekatan dengan Allah
Dalam makrifat, surga bukan hanya tempat fisik, tetapi keadaan ruhani mendekat kepada Allah.
•Imam Ja’far Shadiq (as) berkata: “Jika engkau ingin melihat surga, lihatlah wajah ibumu dengan penuh kasih.”
•Ini berarti, kedekatan kepada ibu secara hakikat adalah kedekatan kepada rahmat Allah, yang membawa seseorang kepada surga makrifat.
 
6. Ibu sebagai Tajalli Sifat Jalal dan Jamal Allah
Dalam Irfan, Allah memiliki sifat Jalal (keagungan) dan Jamal (keindahan).
•Sifat Jamal Allah tampak dalam kasih sayang ibu, sementara sifat Jalal Allah tampak dalam ketegasannya saat mendidik anak.
•Menghormati ibu berarti menyaksikan dan menerima keseimbangan antara sifat Jalal dan Jamal Allah, yang menjadi kunci mencapai hakikat makrifat dan surga.
 
7. Hakikat Doa Ibu sebagai “Izin” Menuju Surga
•Syaikh Ibnu Athoillah As-Sakandari dalam Al-Hikam menyatakan bahwa doa ibu adalah doa yang paling mendekati maqam ijabah.
•Ini karena ibu memiliki hubungan ruhani yang kuat dengan anaknya, dan ridha ibu adalah refleksi dari ridha Ilahi.
•Surga di bawah telapak kaki ibu berarti seseorang tidak bisa mencapai kebahagiaan spiritual tanpa ridha ibunya.
 
8. Simbol Keberanian Ruhani
•Sayyid Haidar Amuli, seorang arif Syiah, mengatakan bahwa ibu melambangkan keberanian ruhani (syaja’ah ruhaniyyah), karena ia mempertaruhkan nyawanya dalam melahirkan dan membesarkan anaknya.
•Menghormati ibu berarti menghormati keberanian ruhani, yang merupakan syarat untuk menempuh jalan makrifat menuju surga.
 
9. Ibu sebagai Pintu Kebenaran (Bab al-Haqiqah)
•Dalam Irfan, setiap manusia memiliki “Bab al-Haqiqah” atau pintu menuju kebenaran hakiki.
•Ayatullah Muhammad Taqi Bahjat mengatakan bahwa ibu adalah salah satu pintu menuju hakikat Ilahi, karena ia mengajarkan cinta tanpa syarat yang menyerupai cinta Allah.
•Siapa yang menutup pintu ini dengan durhaka, akan kehilangan jalan menuju hakikat dan surga.
 
10. Ibu sebagai Manifestasi Asmaul Husna
Dalam filsafat tasawuf, manusia yang sempurna (insan kamil) adalah refleksi dari Asmaul Husna (Nama-nama Allah).
•Syaikh Ahmad Al-Alawi, seorang sufi besar, mengatakan bahwa ibu adalah manifestasi dari asma “Al-Wadud” (Maha Pengasih) dan “Al-Razzaq” (Maha Pemberi Rezeki).
•Menghormati ibu berarti menghormati Asmaul Husna Allah, yang merupakan esensi dari jalan makrifat dan surga hakiki.
 
Para ahli makrifat dan hakikat memahami “Surga di bawah telapak kaki ibu” bukan hanya sebagai kewajiban sosial, tetapi sebagai jalan menuju hakikat Allah.
1.Ibu adalah manifestasi rahmat dan kasih sayang Allah di dunia.
2.Surga bukan hanya tempat fisik, tetapi keadaan ruhani yang diperoleh dengan menghormati ibu.
3.Telapak kaki melambangkan kerendahan hati dan penghambaan, yang menjadi kunci makrifat.
4.Ridha ibu adalah refleksi dari ridha Ilahi, yang menjadi pintu menuju kebahagiaan sejati.
5.Menghormati ibu berarti menghormati asal-usul wujud, yang merupakan prinsip utama dalam filsafat Irfan.
Dengan memahami makna hakikat ini, bakti kepada ibu bukan sekadar amalan moral, tetapi juga jalan menuju pencerahan spiritual dan kebersatuan dengan Allah (tawhid maknawi).
 
“Surga di bawah telapak kaki ibu” menurut ahli hakikat Syiah, berdasarkan ajaran irfan dan makrifat dari para arif billah dalam mazhab Ahlul Bayt:
 
1. Ibu sebagai Tajalli Sifat Rahmaniyah Allah
Dalam ajaran hakikat, ibu adalah manifestasi sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim Allah di dunia.
•Sayyid Haidar Amuli, seorang arif Syiah, menyatakan bahwa kasih sayang ibu adalah manifestasi rahmat Allah yang paling nyata di dunia ini.
•Menghormati ibu berarti mengenal rahmat Allah, dan makrifat terhadap rahmat-Nya adalah jalan menuju surga.
 
2. Ibu sebagai Pintu Wujud (Keberadaan) Anak
Menurut filsafat Irfan, ibu adalah pintu utama bagi keberadaan seorang manusia.
•Mulla Sadra, dalam filsafat Asal Kewujudan (Ashalat al-Wujud), menyatakan bahwa wujud seseorang sangat bergantung pada ibu sebagai perantara kehendak Ilahi.
•Berbakti kepada ibu berarti menghormati asal-usul keberadaan seseorang, yang merupakan bentuk pengenalan terhadap hakikat penciptaan.
 
3. Telapak Kaki sebagai Simbol Tawadhu’ (Kerendahan Diri)
Dalam tasawuf Syiah, “telapak kaki” melambangkan kesadaran diri akan kehinaan di hadapan kebesaran Ilahi.
•Allamah Thabathabai dalam Tafsir Al-Mizan menjelaskan bahwa menghormati ibu berarti meletakkan ego di bawah kebesaran kasih sayangnya.
•Seseorang yang menundukkan dirinya kepada ibunya telah menundukkan dirinya kepada Allah, dan ini adalah jalan menuju surga.
 
4. Ibu sebagai Refleksi Sifat Al-Wadud (Maha Pengasih)
Dalam filsafat irfan Syiah, Allah menanamkan sebagian sifat-Nya dalam makhluk-makhluk tertentu.
•Syaikh Bahjat (qs) berkata bahwa ibu adalah manifestasi sifat Al-Wadud (Maha Pengasih), yang merupakan salah satu Asmaul Husna Allah.
•Berbakti kepada ibu berarti menyaksikan Asmaul Husna Allah dalam realitas kehidupan, dan ini adalah bentuk hakikat makrifat.
 
5. Surga sebagai Kedekatan dengan Cahaya Ilahi
Dalam ajaran hakikat, surga bukan hanya tempat fisik, tetapi keadaan ruhani mendekat kepada Allah.
•Imam Ja’far Shadiq (as) berkata:
“Jika engkau ingin melihat surga, lihatlah wajah ibumu dengan penuh kasih.”
•Menyenangkan hati ibu berarti membuka pintu surga batin, yang merupakan kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.
 
6. Ibu sebagai Simbol Kesabaran dalam Suluk Ruhani
Dalam irfan Syiah, kesabaran (sabr) adalah kunci mencapai makrifat.
•Ayatullah Qadhi Tabatabai mengatakan bahwa ibu adalah contoh tertinggi dari kesabaran, karena ia mengorbankan dirinya untuk anak-anaknya.
•Menghormati ibu berarti mengambil pelajaran dari kesabarannya, dan ini adalah syarat utama dalam perjalanan hakikat menuju surga.
 
7. Doa Ibu sebagai Pintu Maqbuliyah (Diterimanya Doa di Sisi Allah)
Dalam hakikat Syiah, doa yang paling makbul adalah doa yang keluar dari hati yang penuh kasih dan tanpa kepentingan duniawi.
•Sayyid Ibn Thawus, seorang arif Syiah, mengatakan bahwa doa ibu untuk anaknya adalah doa yang paling mendekati maqam ijabah (terkabulnya doa).
•Siapa yang mendapatkan doa ibunya, ia mendapatkan tiket menuju surga.
 
8. Ibu sebagai Simbol Kasih Sayang Fatimiyah
Dalam irfan Ahlul Bayt, Sayyidah Fatimah Az-Zahra (as) adalah ibu spiritual bagi semua orang beriman.
•Ayatullah Hassan Zadeh Amuli mengatakan bahwa setiap ibu memiliki cahaya Fatimah (as) dalam dirinya.
•Berbakti kepada ibu adalah bentuk penghormatan terhadap Sayyidah Zahra (as), yang merupakan penghormatan kepada Rasulullah (saw) dan Allah SWT.
 
9. Ibu sebagai Penyampai Nur Ilahi kepada Anak
 
Dalam Irfan, nur (cahaya) Ilahi turun dari generasi ke generasi melalui ibu.
•Allamah Thabathabai menjelaskan bahwa ibu memiliki peran dalam mewariskan cahaya keimanan dan fitrah suci kepada anaknya.
•Berbakti kepada ibu berarti menjaga cahaya Ilahi dalam diri seseorang, dan ini adalah jalan menuju surga hakiki.
 
10. Menghormati Ibu sebagai Bentuk Ma’rifatullah (Pengenalan Tuhan)
Dalam irfan Syiah, menyadari hakikat sesuatu berarti mengenali Allah di baliknya.
•Ayatullah Muhammad Taqi Bahjat mengatakan bahwa seseorang yang tidak bisa menghormati ibunya, tidak akan bisa mencapai makrifatullah yang sejati.
•Surga di bawah telapak kaki ibu berarti bahwa pintu makrifatullah ada dalam penghormatan dan pengabdian kepada ibu.
 
Dari perspektif ahli hakikat Syiah, “Surga di bawah telapak kaki ibu” memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar kewajiban sosial.
1.Ibu adalah manifestasi kasih sayang Allah di dunia.
2.Menghormati ibu berarti mengenal rahmat dan kebesaran Allah.
3.Telapak kaki ibu melambangkan kerendahan diri dalam suluk ruhani.
4.Doa ibu adalah doa yang paling maqbul dan bisa membuka pintu surga.
5.Menyenangkan hati ibu adalah menyenangkan Allah, dan ini adalah jalan menuju makrifat dan kebahagiaan abadi.
Dengan memahami hakikat ini, berbakti kepada ibu bukan hanya sebuah kewajiban, tetapi juga sarana untuk mencapai kesempurnaan spiritual dan kebersatuan dengan Allah (tawhid maknawi).
 
Kisah dan cerita tentang “Surga di bawah telapak kaki ibu” yang menggambarkan keutamaan berbakti kepada ibu dan akibat dari durhaka kepadanya, berdasarkan riwayat Ahlul Bayt dan pengalaman para arif billah.
 
1. Kisah Rasulullah (saw) dan Pemuda yang Tidak Bisa Mengucapkan Syahadat Saat Sakaratul Maut
Diriwayatkan bahwa seorang pemuda dari kaum Anshar mengalami sakaratul maut yang sulit.
•Keluarganya memanggil Rasulullah (saw). Ketika Nabi bertanya kepadanya untuk membaca syahadat, lidahnya kelu dan ia tidak bisa mengucapkannya.
•Nabi bertanya: “Apakah ia memiliki seorang ibu?”
•Ibunya menjawab: “Ya, tetapi aku marah kepadanya karena ia selalu menyakitiku.”
•Rasulullah (saw) lalu berkata: “Wahai ibu, ridailah anakmu, karena surga ada di bawah telapak kakimu.”
•Setelah ibunya memaafkannya, pemuda itu langsung bisa mengucapkan syahadat dan wafat dengan tenang.
(Diriwayatkan dalam Kitab Al-Kafi dan Bihar al-Anwar)
 
2. Kisah Uwais al-Qarni, Kekasih Rasulullah (saw) yang Tidak Pernah Bertemu Beliau
•Uwais al-Qarni, seorang lelaki miskin dari Yaman, sangat mencintai Rasulullah (saw) tetapi tidak pernah bertemu dengannya.
•Ia ingin pergi ke Madinah, tetapi ibunya yang sudah tua dan sakit memerlukannya.
•Uwais memutuskan untuk tetap merawat ibunya, meskipun hatinya ingin bertemu Rasulullah.
•Rasulullah (saw) berkata kepada para sahabat: “Di Yaman ada seorang lelaki bernama Uwais, yang doanya mustajab karena baktinya kepada ibunya.”
•Setelah ibunya wafat, ia bergabung dengan pasukan Imam Ali (as) dan syahid di Perang Shiffin.
(Bihar al-Anwar, Jilid 42)
 
3. Kisah Imam Zainul Abidin (as) yang Takut Makan Bersama Ibunya
•Imam Zainul Abidin (as), dikenal sebagai orang yang paling berbakti kepada ibunya.
•Saat ditanya kenapa ia tidak makan bersama ibunya, ia menjawab:
“Aku takut mengambil makanan yang sebenarnya diinginkan ibuku, sehingga aku menjadi anak yang durhaka.”
(Bihar al-Anwar, Jilid 46)
 
4. Kisah Seorang Laki-laki yang Membawa Ibunya di Punggung Saat Haji
•Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah (saw) dan berkata:
“Ya Rasulullah, aku telah menggendong ibuku ke seluruh perjalanan haji, apakah aku telah membalas jasanya?”
•Rasulullah tersenyum dan menjawab:
“Tidak, engkau bahkan belum membalas satu hembusan nafasnya ketika ia melahirkanmu.”
 
(Musnad Ahmad, Jilid 2)
 
5. Kisah Imam Ja’far Shadiq (as) dan Bahaya Durhaka kepada Ibu
•Seorang laki-laki datang kepada Imam Ja’far Shadiq (as) dan berkata:
“Aku telah melakukan dosa besar, apakah masih ada ampunan bagiku?”
•Imam bertanya: “Apakah ibumu masih hidup?”
•Ia menjawab: “Tidak, tetapi ayahku masih hidup.”
•Imam berkata: “Jika ibumu masih ada, maka mintalah ridhanya karena doa ibu dapat menghapus dosa-dosa besar.”
(Bihar al-Anwar, Jilid 74)
 
6. Kisah Sayyidah Fatimah (as) dan Doa untuk Orang Lain
•Sayyidah Fatimah (as) sering berdoa sepanjang malam, tetapi tidak pernah berdoa untuk dirinya sendiri.
•Imam Hasan (as) bertanya: “Wahai ibu, mengapa engkau selalu mendoakan orang lain?”
•Sayyidah Fatimah (as) menjawab:
“Wahai anakku, ‘jiran thumma al-dar’ (doakan tetangga dulu, baru keluarga).”
•Ini menunjukkan kelembutan hati seorang ibu yang mendahulukan orang lain dibanding dirinya sendiri.
(Kitab al-Kafi, Jilid 2)
 
7. Kisah Nabi Musa (as) dan Pria yang Tinggal di Surga Karena Bakti kepada Ibunya
•Nabi Musa (as) bertanya kepada Allah: “Ya Allah, siapa penghuni surga yang akan bersamaku?”
•Allah berfirman: “Seorang pemuda di pasar.”
•Nabi Musa menemui pemuda itu dan melihat bahwa setiap hari ia merawat ibunya dengan penuh kasih sayang.
•Ketika ibunya berdoa: “Ya Allah, jadikan anakku bersama Musa di surga,”
Allah mengabulkan doa tersebut karena baktinya kepada ibunya.
(Tafsir Ruh al-Ma’ani)
 
8. Kisah Imam Ali (as) dan Seorang Lelaki yang Tidak Diridai Ibunya
•Seorang lelaki mengadu kepada Imam Ali (as) bahwa hidupnya penuh kesulitan.
•Imam bertanya: “Apakah ibumu ridha kepadamu?”
•Lelaki itu terdiam dan menangis, mengakui bahwa ibunya tidak meridainya.
•Imam Ali (as) berkata:
“Kembalilah, minta maaf kepada ibumu. Karena ridha Allah ada dalam ridhanya.”(Nahjul Balaghah)
 
9. Kisah Ayatullah Bahjat (qs) dan Ketaatan kepada Ibu
•Ayatullah Bahjat (qs) selalu mendahulukan ibunya dalam segala hal.
•Suatu hari, ketika ia sedang mengajar di masjid, seseorang datang memberitahu bahwa ibunya memanggilnya.
•Ia segera meninggalkan pengajian dan pulang.
•Setelah kembali, ia berkata kepada murid-muridnya:
“Jika kalian ingin mendapatkan keberkahan ilmu, jangan pernah menunda panggilan ibumu.”
 
10. Kisah Seorang Pemuda yang Masuk Neraka Karena Durhaka kepada Ibunya
•Diriwayatkan bahwa pada zaman Nabi Isa (as), ada seorang pemuda yang terkenal sebagai ahli ibadah.
•Ketika ia wafat, para malaikat malah membawanya ke neraka.
•Nabi Isa (as) bertanya kepada Allah mengapa demikian.
•Allah menjawab:
“Ia durhaka kepada ibunya, dan Aku tidak menerima amal ibadah orang yang menyakiti ibunya.”
(Kitab Tanbih al-Khawatir)
 
Kesimpulan
Dari kisah-kisah ini, kita belajar bahwa berbakti kepada ibu adalah kunci mendapatkan surga, ridha Allah, dan keberkahan hidup.
Sebaliknya, durhaka kepada ibu bisa menghalangi seseorang dari kebahagiaan dunia dan akhirat.
Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu menghormati dan berbakti kepada ibu kita.
 

*Penulis adalah Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran

Baca juga:
Tesla Pecah, Ada Potensi Elon Musk Didepak


Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment